Thursday, December 1, 2011
BALI PULAU BANTEN
Dalam perjalanannya spiritualnya Hindhu mengenal 380 000 000 Dewa. Hindhu meyakini alam makrokosmos identik dengan alam mikrokosmos. Atman identik dengan Brahman. Diri identik dengan alam semesta. Sifat dasar alam dan sifat dasar diri adalah sama yaitu Satwam, Sivam, Sundaram.
Satwam artinya kebenaran, Sivam artinya kebahagiaan dan Sundaram artinya keindahan. Sifat alam ini identik dengan sifat dasar dalam diri. Untuk memudahkan pemahaman ini Hindhu menciptakan Dewa Dewa sebagai wakil wakil personifikasi alam. Dewa matahari, Dewa Laut, Dewa angin, dan Dewa Dewa lainnya. Semua itu adalah wujud personifikasi wakil wakil alam. Semuanya adalah model. Semuanya ada dalam diri kita. Untuk itulah para tetua Bali ( meminjam istilah Bapak Gede Prama, seorang guru spiritual Bali masa kini yang sederhana dan bening), tetua Bali membuat metode untuk lebih membuat hal ini semakin konkrit dengan jalan membuat Banten.
Metode pendekatan dengan sifat sifat murni alam yaitu Satyam, Sivam Sundaram adalah banten. Banten adalah satu satunya hasil kreativitas tetua Hindu Bali, dan tak ada lainnya di dunia. Oleh karena itu pulau mungil itu dinamai Bali. Bali artinya Banten. Artinya Yadnya. Artinya persembahan. Inti Persembahan adalah penyatuan diri dengan alam. Bersatunya di dalam dan di luar. Leburnya hidup dan kematian. Leburnya Ada dan tiada. Leburnya waktu. Yang tinggal kedamaian. Yang tinggal kebahagiaan.
Banten pada awalnya adalah model model replika mini dari alam yang memiliki bentuk bentuk dan komposisi spesifik. Tergantung tujuannya. Kepada alam mana ?. Kepada Dewa apa ?. Pemujaan, kasih dan pendekatan terhadap alam adalah sebagai inisiasi untuk membangkitkan pendekatan kedalam diri. Jika sifat sifat dasar alam telah kita jiwai maka kita akan menemukan sifat sifat dasar dalam diri yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan.
Banten tujuan filosofisnya adalah untuk meraih, meraup, menghirup dan menjiwai sifat sifat dasar alam yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan. Agar kita dapat membangkitkanya dalam diri sehingga kehidupan ini berarti dan bermakna. Tetua Bali tampaknya sangat tepat dalam hal ini . Carilah kebahagiaan dalam hidup karena itulah hidup yang bermakna. Tanpa kebahagiaan hidup tak ada maknanya walaupaun bergelimang kemewahan dan kekuasaan.
Hindhu mengajarkan sifat kebahagiaan itu sudah ada di alam dan dalam diri yaitu Sivam. Tinggal menyelaraskan saja. Tinggal membuatkan jembatan. Tinggal menyambungkan kabelnya saja. Tinggal menekan tombol saklarnya. Yaitu Banten.
Banten pada awal mulanya pastilah sangat meditatif, murni, indah, suci dan sederhana. Penuh makna. Penuh kebahagiaan. Penuh bhakti. Sangat spirit dan indah. Tapi entah kenapa dalam perjalanannya sejarahnya Banten menjadi terlibat dalam berbagai upakara beraroma duniawi.
Sepertinya banten dalam sejarah perjalanannya mengalami banyak sekali revisi revisi. Pengaruh dan intervensi kelas kelas strata sosial masyarakat, terutama kelompok penguasa. Sehingga selama berabad abad perjalanan ritualnya secara tanpa disadari banten rupanya mengadopsi banyak muatan. Sehingga sepertinya Banten memasukkan Dhresta pada kurukulumnya. Sehingga ada Banten Utama, Madya dan Nista. Ini adalah urusan duniawi. Banten adalah urusan spirit yang sangat meditatif, sehingga yang ada hanyalah Banten utama. Sederhana, suci, bhakti, spirit dan meditatif.
Upakara dan upacara saat ini menjadi hiruk pikuk pesta pesta. Nilai Satyam, Sivam dan Sundaram sepertinya tenggelam, bahkan terkubur dalam dalam. Biaya Upacara dan Upakara begitu membengkak dan memberatkan pengikutnya. Apalagi dalam situsai beragamnya kebutuhan hidup saat ini, banten seakan menjadi beban. Tujuannya untuk meringankan tapi hasilnya memberatkan. Tidak jarang diikuti oleh pesta pesta dan pembunuhan hewah hewan. Bak perayaan menang perang. Sehingga hakekat Banten bukan lagi meringankan dan meriangkan hati, apalagi membebaskan pikiran
Banten bukan pameran status sosial, bukan parade kasta kasta. Banten adalah media penyatuan diri dengan keberadaan ( Sang Hyang Embang ). Banten adalah media persembahan. Banten adalah katalisator Satyam , Sivam, Sundaram antara di dalam diri dan di luar.
Hindhu adalah agama spiritual yang membumi, bukan agama bumi yang mengangkasa. Dia berjalan pada rel kebenaran realitas (Satyam), keindahan (Sundaram) dan kebahagiaan ( Siwam).
BALI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment