Thursday, December 22, 2011
EGO AWAL PIKIRAN
Siapakah yang mengaktifkan pikiran? Kita sendirilah yang meng ”Create” pikiran itu, lalu laju akselerasi pikiran akan semakin cepat, semakin cepat dan berkembang biak beranakpinak dengan cepat sehingga bisa menjadi hutan pikiran dan kitapun tersesat dan bingung didalamnya.
Pikiranlah melakukan inisiasi yang mengaktifkan kerja pikiran. Benih pikiranlah yang mengatakan kita ada. Kita mempunyai nama. Kita mempunyai identitas. Kita ada. Kita nyata. Kita eksis. Benih pikiran itu disebut Ego. Lalu ego membangun faham tentang adanya diri. Sehingga pikiran menjadi sangat percaya bahwa kita memang benar benar ada. Sedangkan sebenarnya kita hanya setumpuk daging, tulang dan darah yang sebenarnya tak pernah bernama. Tak berlabel. Hanya kumpulan atom. Hanya kumpulan Higg Boson. Egolah yang menempelkan label itu. Faham tentang adanya diri membuat kita jadi bingung.
Oleh karena pikiran bisa diCreate, berarti pikiran bisa diatur bisa diperintah bisa diarahkan. Dengan demikian memulai sesuatu dengan pikiran yang baik sebelum bermanifestasi menjadi kata kata dan perbuatan bukanlah hal yang mustahil.
Tri Kaya Parisudha bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Semua eksistensi mahluk di alam ini di mulai dari pikiran. Wajah kota kota di permukaan planet ini adalah sebelumnya tersimpan dalam pikiran para arsiteknya. Begitu pula panorama hutan adalah sebelumnya berada pada pikiran tumbuh tumbuhan. Jangan kira tanaman tak bisa berpikir sekalipun tidak mempunyai otak. Pikiran itu berada pada dimensi lain dari alam ini. Ketika berfikir maka sebenarnya kita sedang “ mendownload “ energy pikiran semesta ke alam dimensi kita.
Seorang bhiksu Budha dari Tibet bernama Lobsang Rampa menyebut Over Self. Badan Astral yang disebut Over Self inilah yang mengcreate badan kita saat dibentuk di dalam rahim. Over Self inilah yang selalu berada dan melindungi kita, akan tetapi Over self ini tak bisa masuk pada alam 4 dimensi kita, dia berada pada dimensi yang lain. Ada penghubung antara badan fisik dengan Over self yang disebut tali perak ( Silver Cord). Ketika mati silver cord ini putus.
Ada tehnik tertentu dimana orang bisa keluar dari badan fisiknya dan bergabung seutuhnya dengan Over Self lewat Silver Cord dan mampu berkelana kemana saja di permukaan dunia ini tanpa di batasi waktu dan ruang. Tehnik ini disebut OBE ( Out Body Escape). Di Bali ada namanya ilmu Leak, ternyata pada prinsipnya ilmu ini mirip dengan Tehnik OBE. Tehnik OBE yang sempurna bisa membuat orang bisa meninggalkan badan jasmaninya untuk selamanya kapan saja dia mau, atau dengan kata lainnya memilih hari kematiannya dengan tenang damai dan tanpa rasa sakit. Tehnik ini dijalani oleh para Yogi di puncak puncak Himalaya apa yang mereka sebut di Tanah Para Dewa.
Tehnik ini bisa lewat ubun ubun. Akan ada suara yang berdetak keras sampai terdengar pada jarak 50 meter dari tempat duduk sang Yogi pada saat dia meninggalkan tubuhnya lewat ubun ubun yang terbuka..
Di Bali para pendeta menggunakan tehnik telapak tangan. Sang pendeta akan pergi ke alam lain setelah keluar asap halus dari telapak tangannya, lalu badannya akan terkulai lemas seperti setumpuk pakaian yang dilepaskan. Dan sang pendeta pergi ke alam alam Astral bersama Overselfnya. Pengetahuan ini konon terdapat pada Lontar Kalepasan dan Lontar Kadigjayan
Tidak semua Over self utuh dan sempurna. Oleh momentum momentum karma Over Selfpun bisa cacat dan tak sempurna, juga energy pikirannya. Begitu pula kemampuan melindungi badan fisiknya.
Oleh karena itu karma yang baik akan berakibat pada penambahan energy internal yang kuat apada Over Self atau dengan kata lain berpengaruh pada kesempurnaan Over Self. Karma buruk menyebabkan Over Selfnya ” Low Bat ”. Sehingga pada saat kematian “ he can not flaying”. Tubuh Astral akan lumpuh, tersesat, bingung dan sedih.
Mungkin penyakit orang gila karena ada kekacauan pada Over Selfnya sehingga sulit di obati. Obat obat psikotropik hanya bekerja pada efektor efektor tertentu di otak. Hanya bekerja di hilir, bukan di hulu. Seperti komputer hanya bekerja pada layar dekstopnya sedangkan kesalahan ada pada orang yang duduk di depan meja komputer. Seorang waskita yang mumpuni hanya dengan sentuhan atau tatapan Shaktipata saja sudah mampu membuat waras dalam sekejap. Sepertinya dia merapikan Over Self yang pecah ( Shizo) bagaikan merapikan leher baju yang terlipat.
Jadi pikiran adalah awal eksistensi mahluk sehingga hasil akhirnya adalah hasil pikiran. Dengan kata lainnya warna warni permukaan planet ini tidak lain adalah out come dari pikiran banyak mahluk.
Untuk mendapatkan hasil yang baik mulailah dengan memilih milih dan memilah milah seperlunya saja pikiran yang akan menghasilkan sesuatu yang kita anggap baik untuk bersama dan lingkungan. Jangan mengekploitasi pikiran secara kebablasan dengan tujuan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok. Pandangan ini sangat destruktif, sangat berbahaya dan bertentangan dengan ajaran Hindhu Bertentangan dengan Prinsip Tri Hita Karana.
Kekacauan musim saat ini akibat adanya peningkatan suhu Bumi ( Global Warming) adalah akibat kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat ekplorasi, ekploitasi kebablasan dari penggunaan kecerdasan pikiran yang salah ( Intelectual Abuse). ” Mind is weapon power. May be dangerous for your shelf or the others. Be carefull with intellectuality power of mind “.
Hindhu sudah jelas menyatakan bahwa kelahiran ini adalah untuk membayar hutang Karma, kemudian membebaskan diri dari siklus Samsara Punarbawa yang sangat melelahkan. Budha mengatakan kelahiran anda sudah tak terhitung lagi. Jika air mata kesedihan dari seluruh kelahiran anda di kumpulkan maka akan melebihi Samudra Hindia. Demikian pula jika bangkai tubuh anda dikumpulkan dari semua kelahiran yang sudah anda lalui maka tumpukkannya akan melebihi tinggi puncak Himalaya. Budha telah mampu mengingat dengan sempurna lebih dari 90 Big Bang kelahiran sebelumnya. Satu Big Bang adalah satu usia sebuah Universe.
Akan tetapi pikiran juga bisa diarahkan, tentu bisa juga dinonaktifkan, di Zero Mindkan, di titik nolkan. Inilah tehnik awal suatu meditasi mengendalikan pikiran. Para pemangku di Bali yang sudah mewinten berhak memakai “Udeng”. Kain putih yang dililitkan di kepala. Itu adalah simbul orang yang sudah mampu mengendalikan pikiran. Berbeda dengan Destar, yang bisa dipakai semua orang . Destar berasal dari kata Drestha yang artinya custeem atau pakaian adat. Di Indonesia dari Sabang sampai Merauke mempunyai Destar yang berbeda beda sesuai dengan adat istiadatnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment