jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...

Monday, December 26, 2011

PIKIRAN TAK MEMILIKI INTI DIRI


Pikiran itu muncul dan hilang bagaikan gelombang lautan, datang dan pergi bagai awan bagai angin, kelap kelip bagai api lilin. Pikiran tak memiliki substansi yang nyata , tak memiliki inti diri, tak memiliki kesatuan tertentu, selalu berubah ubah tak terduga.

Seperti semua materi di alam ini tak memiliki substansi nyata, tak memiliki inti diri. Persis dengan apa yang dikatakan oleh Ajahn Brahm seorang Bhiksu Budha dari Australia, bahwa kitapun tak memiliki inti diri. Apa yang kita sebut diri selama ini adalah palsu, hanya sebuah label nama yang diberikan dari kecil, hanya sebuah benih pikiran “ bahwa kita ada” yang disebut Ego. Kita merasa tubuh kita, pikiran kita dan ego kita adalah sebuah diri, padahal semua itu palsu, tidak nyata. Nama hanya sebuah label atas setumpuk daging, tulang dan darah. Ketika manusia memberikan label terhadap semua mahluk dan benda yang ada, maka manusia cendrung berfikir dan bersikap tidak obyektif. Hal ini menyebabkan manusia tertutup keinginan untuk mengetahui apa yang sebenarnya yang disebut realitas sejati.

Nama nama membuat manusia berfikir subyektif. Binatang binatang dan tumbuhan tak tahu nama, bahkan namanya sendiri. Hal ini membuat ia lebih tenang dan lebih obyektif memandang sesuatu, walaupun dalam spektra yang terbatas.

Ketika kita mati kita hanya sebuah energy momentum yang memiliki kecendrungan vektor tertentu dan akan bergerak menuju suatu tempat sesuai dengan hukum abadi dari alam yaitu Hukum Karma. Setiap kita berpikir, berkata dan berbuat dalam hidup ini maka secara tak disadari kita akan melepas energy ke alam ini. Dan alam ini akan menyimpannya baik baik. Energy ini akan balik bekerja kepada sumbernya dalam rangka keseimbangan ( Chantih). Seperti sebuah batu yang dicemplungkan ke kolam yang tenang maka air kolam akan bergerak dalam bentuk gelombang kecil yang mengarah keluar mejauhi tempat jatuhnya batu untuk sesaat, tetapi kemudian setelah itu akan bergerak kedalam lagi sehingga air kolam tenang lagi.

Saat kita masih hidup kita bisa saja berkelit, berbohong, menipu dan sebagainya dengan lincahnya dengan mendayagunakan kecerdasan pikiran bagai seekor ikan yang meliuk liuk di sungai melawan arus air, tapi setelah kematian kita bagai selembar daun kering yang hanyut di arus air. Saat inilah momentum Karma akan berkerja sempurna.

Jadi berbagai jenis energy yang kita lepaskan ke alam baik berupa pikiran, kata kata dan perbuatan nyata tidaklah hilang begitu saja. Menurut Hukum Newton energy di alam ini konstan, hanya berubah dalam bentuk massanya saja. Air diberikan energy panas akan berubah menjadi uap dan kalau didinginkan akan berubah menjadi air lagi. Energy matahari akan dirubah dan disimpan oleh zat chlorophil di daun sebagai bahan untuk menjadi bunga atau buah.
Begitulah energy berubah ubah menjadi energy panas, energy kinetik, energy elektrik, energy gravitasi, energy tekanan, energy magnetik, energy radiasi dan lain lain dalam Hukum Kekekalan Energy.

Segala energy yang kita lepaskan dalam hidup ini ke alam semesta akan menjadi suatu energy potensial yang akan menggiring kita pada kecendrungan kecendrungan sesuai dengan sifat energy yang kita lepaskan, itulah prinsip Hukum Karma. Kalau kita jahat maka cendrung masuk ke alam jahat dan sebaliknya. Tak seorangpun mampu melakukan intervensi terhadap Hukum Karma sekalipun para Dewa atau Tuhan.

Budha menyebut Pattica Samupadha yaitu sebab musabab yang saling bergantung. Tak ada istilah Reward dan Punishment disini, Hukum Karma tak bisa di tombok dengan apapun. Tak ada istilah hukuman dan penghargaan dalam hukum Karma. Tak ada isitlah menebus dosa, Tak ada istilah Multi Level Marketing disini. Hukum Karma bukan Hukum bisnis. Anda sendirilah yang menciptakan perjalanan dan kehidupan anda setelah kehidupan ini. Bukan siapa siapa.

Kembali tentang pikiran yang tak mempunyai inti diri, itu sama dengan pasir di pantai kelihatan dari jauh sebagai hamparan lantai putih di tepi laut. Kelihatan merupakan kesatuan berbentuk lembaran tetapi coba dekati dan perhatikan dari jarak sangat dekat atau ambil segenggam, maka pasir pantai itu tidak lain hanyalah butiran butiran pasir yang terpisah satu dengan yang lainnya. Dan diantara butiran tersebut ada ruang kosong.

Demikian pula dengan air yang mengalir di sungai kelihatan menyatu sebagai kesatuan, tapi coba ambil setetes dan amati dengan pembesaran mikroskoop elektron , maka tampak molekul molekul air ( H2O), yang terpisah satu dengan lainnya dan diantaranya ada ruang kosong. Demikian juga cahaya matahari pagi yang menembus kamar lewat celah jendela, tampak memancar putih bagaikan sebuah kesatuan, tapi coba cahaya itu di Freze atau dibekukan lalu amati dengan pembesaran tingkat atom, maka akan tampak butiran butiran Photon dan Deutrium yang berderet deret dan diantaranya ada celah celah ruang kosong. Butiran butiran Photon dan Deutrium ini adalah unsur unsur pembentuk cahaya ( The Structure of Light). Inilah yang sering disampaikan oleh Ajahn Brahm bahwa tak ada yang benar benar sejati memilki inti diri di alam ini. Budha menyebut Annata.

Apalagi tubuh kita terdiri dari 60 -100 trilliun sel, jelas diantara sel sel itu ada ruang ruang kosong, bahkan didalam selpun terdiri dari inti sel ( Nucleus ) dan Cytoplasma. Cyto palsma terdiri dari badan badan Golgy tempat RNA mensintese protein. Didalam sel terdapat cairan dan ruang kosong diantaranya. Bahkan diantara molekul molekul protein dan lemak dan molekul lainnya yang menyusun dinding sel ada ruang kosong. Jadi tubuh kitapun tak memiliki sebuah kesatuan substansi yang nyata, hanya susunan beberapa kehidupan yang membentuk suatu bentukan tubuh. Anda masih bisa hidup tanpa tangan, tanpa kaki.

Begitu pula atom, 99 % adalah ruang kosong, karena di atmosfir atom hanyalah kekosongan.

Jadi jelas bahwa alam ini 99 % adalah ruang kosong atau Bhuta. Begitulah pikiran tak memiliki substansi yang nyata, alam ini sebenarnya adalah kekosongan abadi, kekosongan adalah kedamaian (Chantih). Kedamaian adalah Freedom.

Jadi alam ini adalah Chantih. Tujuan kita menuju Chantih, namun pikiran kita selalu bergerak setiap hari menjauhi Chantih.

Dalam kekosongan pikiran kedamaian akan muncul nan mempesona, Chantih akan mewujud dalam warna warni keindahan, dan keagungan kebahagiaan yang sempurna .

Orang tak sadar menganggap pikirannya adalah dirinya, milik dirinya, hasil dari dirinya, menganggap dirinya punya pikiran dan pikiran itu memiliki substansi. Itulah kegelapan dari kebodohan. Sebab kita tak memiliki substansi yang nyata baik sebagai tubuh fisik maupun pikiran.

No comments:

jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...