jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...

Monday, December 26, 2011

EGO AKAN MENDEPAK ANDA KE DALAM KEGELAPAN


Ego adalah bentuk awal dari eksistensi pikiran. Ego ingin menyatakan bahwa saya ada. Lalu ingin bereksistensi untuk membuktikannya. Pemberian nama adalah peletakkan batu pertama tempat tumbuhnya ego. Padahal nama tidak lebih hanyalah sebuah label biasa.
Nama adalah label untuk setumpuk daging, tulang dan darah. Tapi orang orang semua pada suka dengan label ini. Mereka menambah kegagahan label ini dengan hiasan pernik pernik yang lain seperti gelar, kesohoran, pangkat dan lain lain. Bahkan untuk sebuah label mereka siap saling berperang dengan sesamanya.

Saya jadi teringat dengan sebuah film yang bagus yaitu ” The God Must Be Crazy ” . Suku suku di pedalaman Afrika bertempur hanya untuk memperebutkan sebuah botol yang jatuh dari pesawat. Mereka menganggap itu benda dari para dewa sebagi simbul kejayaan suku. Itulah label.

Tapi suatu hal yang tidak dimengerti sampai saat ini adalah kenapa manusia senang melakukan hal hal ynang sia sia.

Ego akan membuktikan nama tersebut eksis adanya. Pikiran percaya bahwa nama itu adalah mewakili eksistensi dirinya. Pikiran tidak sadar bahwa nama itu tidak lain hanyalah sebuah label yang diberikan terhadap setumpuk gumpalan daging darah dan tulang yang disebut tubuh. Ego akan mencuci pikiran bahwa nama itu adalah sebuah diri yang eksis di alam ini. Ego semacam ini tidak terjadi pada para hewan, para tumbuhan dan hanya pada para manusia. Untuk mempertahankan nama itu ego siap memacu pikiran untuk bersaing, dengan lingkungannya, bahkan berperang sekalipun. Sungguh sifat yang sangat lucu. Ketika orang memaki maki nama anda sebenarnya dia sedang mengata ngatai terhadap beberapa suku kata saja. Nikmatilah itu sebagai lelucon saja.

Egolah yang memacu pikiran untuk menjadi terkenal, kaya, berkuasa atau berpangkat tinggi. Oleh karena itu ego menghalang halangi hati untuk mencoba melihat semuanya ini secara obyektif, karena ego sangat subyektif. Egolah yang membungkus kesadaran terhadap segala sesuatu sebagai apa adanya. Ego tidak lain adalah kabut kegelapan dari kesadaran. Bahkan sampai sekalipun ajal datang menjemputnya ego masih membungkus pikiran pada kotak hitam kegelapan.

Oleh karena itu jika di Bali ada raja yang wafat maka dilakukan upacara Naga Banda. Naga artinya besar dan Banda artinya beban. Sang raja ditengarai selama hidup memiliki beban keterikatan yang sangat besar terhadap berhala ( ego), yaitu kekuasaan, kemewahan duniawi dan napsu rendahan lainnya. Maka roh sang raja harus dibebaskan dari keterikatan itu dalam upacara Naga Bandha.

Ini mungkin dipengaruhi oleh kultur dan filosophi Cina bahwa Naga menggambarkan sesuatu yang besar dan berkuasa. Singkat cerita dalam rangkaian puncak upacara Pelebon tersebut seorang pendeta raja ( Bhagawantha ) akan melepaskan panah terhadap Naga Banda tersebut sehingga roh sang raja bisa bebas menuju alam astral yang benar. Kalau tidak maka sang raja akan ber Reinkarnasi menjadi mahluk mahluk rendahan.

Jadi kesadaran pikiran harus di ajarkan awas terhadap manifestasi ego ini yang akan menjerumuskan kedalam jurang ketidak sadaran. Oleh karena itu belajar rendah hati dalam menjalani hidup sehari hari adalah suatu sikap sadar akan bahaya ego ini.

Sahdan dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menerima tamunya, dengan meletakkan sorban penutup kepala sebagai alas duduk tamunya. Apa artinya itu ? Itulah menunjukkan kwalitas seorang Nabi. Beliau telah membunuh egonya. Beliau tak punya ego. Suci lahir bathin. Beliau menunjukkan jalan kebenaran, jalan berserah diri dengan mempertegas ke Islaman.

Islam artinya bersih. Bersih Badan, bersih Pikiran dan bersih Hati. Bersih badan dengan jalan menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan mabuk dan sakit. Melakukan puasa. Bersih pikiran dengan menghindari hal hal sensual yang menggoncang pancaindra. Seperti melihat hal hal sensual yang menggoda, mendengar hal hal sensual yang menggoda. Karena semua ini akan menghambat pembersihan pikiran. Membersihkan hati dengan menghindari kata kata kotor, menghindari rasa iri, marah dan dengki. Membersihkan jiwa dengan berserah diri total kehadapan Allah. Selalu mengisi Hati, Pikiran dan Jiwa dengan Allah membuat secara tak sadar akan terbawa kejalan kesadaran dan kesucian.

Islam adalah jalan kesadaran, jalan kesucian lahir bathin, jalan kedamaian ( Chantih). Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa jika dalam sebuah rumah ada seorang Islam ( suci lahir bathin), bukan Islam KTP, maka seisi rumah itu akan dibanjiri dengan kesejahtreraan lahir bathin. Demikian pula jika ada beberapa orang Islam dalam sebuah desa maka desa itu akan menjadi tenteram, sejahtra dan damai ( Canthih)

Nabi Muhammad SAW berperang bukan karena rasa benci atau ingin berkuasa, tapi karena cinta kasih yang tulus. Beliau gregetan melihat orang orang hidup tanpa berkesadaran, beliau kasihan ingin mengajak mereka berjalan dalam kebenaran dalam kesadaran. Bukan saja musuh yang Beliau kalahkan yang masuk Islam tapi juga musuh musuh yang mengalahkan Beliau masuk Islam dan bersujud di kaki sang Nabi. Karena perang Beliau adalah perang cinta kasih. Perang untuk mengantarkan umat manusia menuju jalan kehidupan suci lahir bathin yaitu Islam. Rupanya inilah perang cinta kasih yang pertama dan terakhir di planet Bumi. Mereka yang hanya berpatokan secara kaku dan beku pada ayat ayat sang Nabi bisa terjebak pada tafsir yang sempit, fanatik dan menyimpang tentang Misi dan Visi ayat ayat sang Nabi. Hasilnya adalah terrorisme. Padahal Sang Nabi pada intinya menebar jalan kedamaian ( jalan Chantih di tanah Arab) untuk dunia dan kemanusiaan. Untuk keberadaban. Untuk kedamaian ( Chantih).

Mengejar superioritas diatas sesama dalam bentuk apapun baik kekayaan, kekuasaan, ketenaran, kepangkatan adalah pacuan dari ego. Itulah berhala. Sang ego. Ingatlah bahwa kita tidak lebih dari bangunan setumpuk daging darah dan tulang yang merupakan rangkaian dari kehidupan 60 trilliun sel yang sama sama merangkak di permukaan planet ini untuk kurun waktu yang tidak terlalu lama. Kita bukanlah mahluk yang berasal dari planet ini, tapi pakaian kita (badan kita) sepenuhnya di buat dan disusun oleh bahan bahan dari planet ini.

Selalulah sadar dan menyimpan rasa damai di hati untuk sesama dan lingkungan. Jangan sampai di butakan kesadaran kita oleh lecutan lecutan ego. Karena semua iti terlalu anak anak dan akan membawa kesengsaraan, ketidakpuasan dan penderitaan, baik terhadap diri sendiri, sesama maupun lingkungan. Ego juga menyebabkan roh kita akan terkatung katung dalam perjalanan setelah kematian ( after life journey).

Di Tibet jika ada warga meninggal maka para Bhiksu akan bergantian tiap 8 jam mendoakan agar arwah/roh orang itu dapat berjalan dengan damai meninggalkan jasad fisiknya menuju alam astral yang benar. Doa itu dilakukan selama 3 hari berturut turut siang dan malam. Karena sebelum 3 hari roh belum menyadari akan perpisahannya dengan tubuh jasmaninya. Roh itu dalam pandangan astral persis seperti rupa jasmaninya, tapi tampak sebagai asap kelabu yang selama 3 hari masih berputar putar mengitari badan jasmaninya. Jika tak ada orang, keluarga yang mendoakan agar ia menemukan jalan jalan menuju alam astral yang benar maka roh roh tersebut akan gentanyangan menjadi hantu, jin, setan , gamang dan sebagainya.

Oleh karena itulah di Bali upacara dan doa orang mati sangat kompleks dan juga mantra mantra pendeta untuk hal itu sangat khusus. Jangan coba coba menggunakan banten atau mantra yang salah, akan berbeda hasilnya. Semakin besar ego tersebut tumbuh maka semakin besar keterikatannya terhadap duniawi, semakin sulit melepaskan ikatan dalam perjalanan roh.

Oleh karena itu bahaya ego sangat besar, merusak kesehatan sendiri, hubungan harmonis dalam keluarga ( karena ingin mengejar kedudukan atau posisi tertentu di masyarakat sampai sampai tak ingat anak istri) dan mengorbankan sebagian masyarakat maupun lingkungan.

Seperti juga Krisna yang merupakan tokoh sentral perang Bharatayuda, adalah karena Krisna telah melihat para pemimpin Kurawa telah keluar dari jalan Damai ( Chantih). Pemimpin yang mabuk mabukan, berfoya foya, korupsi, free sex, narkoba dan sebagainya akan cepat berimbas pada rakyatnya dan ujung ujungnya kehancuran tatanan sebuah negara dan kesengsaraan rakyat. Oleh karena itulah Krisna menyuruh Arjuna untuk berperang demi menegakkan kebenaran dan menebarkan permadani kedamaian ( Chantih) untuk kehidupan orang banyak.

Bukan berarti tidak boleh menjadi kaya, berpangkat atau pejabat/penguasa, tetapi buatlah kekayaan itu bermanfaat untuk orang banyak dengan membuka usaha sehingga dapat menampung tenaga kerja dan membangun kesejahteraan karyawan. Juga mengajarkan karyawan untuk bersikap efficient dalam segala hal. Kontrollah ego.

Begitu juga jabatan adalah suatu mandat tugas pengabdian ( orang Bali menyebut ”Ngayah ”), adalah benar benar menjadi abdi terhadap masyarakat. Dengan demikian ego bisa ditekan agar tidak melunjak menguasai diri kita. Demikian halnya pangkat atau gelar kesarjanaan tidak lain adalah suatu prestise yang melekat dengan tanggung jawab akan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebesar besarnya untuk kesejahteraan masyarakat dan jangan menggunakan kepandaian untuk menipu atau merugikan masyarakat dan lingkungan.

Betapa ego harus tetap di kuasai, semakin tinggi kedudukan seseorang di masyarakat dalam lini apapun semakin berat tantangan untuk mengawasi keadaan egonya sendiri. Ada pepatah Yunani kuno mengatakan ”Power tend to Corruption ”, hati hatilah dengan hal itu, karena itu tidak lain adalah ego.

Kejarlah semua puncak puncak duniawi sebagai perwujudan dari ” Patti Bhawana ” ( keinginan untuk menjadi ), tapi tetaplah sadar untuk mengontrol dan mewaspadai ego. Karena egolah yang akan selalu siap untuk mendepak anda keluar ketempat yang paling marginal di kegelapan kehidupan saat ini dan sesudahnya.

PIKIRAN TAK MEMILIKI INTI DIRI


Pikiran itu muncul dan hilang bagaikan gelombang lautan, datang dan pergi bagai awan bagai angin, kelap kelip bagai api lilin. Pikiran tak memiliki substansi yang nyata , tak memiliki inti diri, tak memiliki kesatuan tertentu, selalu berubah ubah tak terduga.

Seperti semua materi di alam ini tak memiliki substansi nyata, tak memiliki inti diri. Persis dengan apa yang dikatakan oleh Ajahn Brahm seorang Bhiksu Budha dari Australia, bahwa kitapun tak memiliki inti diri. Apa yang kita sebut diri selama ini adalah palsu, hanya sebuah label nama yang diberikan dari kecil, hanya sebuah benih pikiran “ bahwa kita ada” yang disebut Ego. Kita merasa tubuh kita, pikiran kita dan ego kita adalah sebuah diri, padahal semua itu palsu, tidak nyata. Nama hanya sebuah label atas setumpuk daging, tulang dan darah. Ketika manusia memberikan label terhadap semua mahluk dan benda yang ada, maka manusia cendrung berfikir dan bersikap tidak obyektif. Hal ini menyebabkan manusia tertutup keinginan untuk mengetahui apa yang sebenarnya yang disebut realitas sejati.

Nama nama membuat manusia berfikir subyektif. Binatang binatang dan tumbuhan tak tahu nama, bahkan namanya sendiri. Hal ini membuat ia lebih tenang dan lebih obyektif memandang sesuatu, walaupun dalam spektra yang terbatas.

Ketika kita mati kita hanya sebuah energy momentum yang memiliki kecendrungan vektor tertentu dan akan bergerak menuju suatu tempat sesuai dengan hukum abadi dari alam yaitu Hukum Karma. Setiap kita berpikir, berkata dan berbuat dalam hidup ini maka secara tak disadari kita akan melepas energy ke alam ini. Dan alam ini akan menyimpannya baik baik. Energy ini akan balik bekerja kepada sumbernya dalam rangka keseimbangan ( Chantih). Seperti sebuah batu yang dicemplungkan ke kolam yang tenang maka air kolam akan bergerak dalam bentuk gelombang kecil yang mengarah keluar mejauhi tempat jatuhnya batu untuk sesaat, tetapi kemudian setelah itu akan bergerak kedalam lagi sehingga air kolam tenang lagi.

Saat kita masih hidup kita bisa saja berkelit, berbohong, menipu dan sebagainya dengan lincahnya dengan mendayagunakan kecerdasan pikiran bagai seekor ikan yang meliuk liuk di sungai melawan arus air, tapi setelah kematian kita bagai selembar daun kering yang hanyut di arus air. Saat inilah momentum Karma akan berkerja sempurna.

Jadi berbagai jenis energy yang kita lepaskan ke alam baik berupa pikiran, kata kata dan perbuatan nyata tidaklah hilang begitu saja. Menurut Hukum Newton energy di alam ini konstan, hanya berubah dalam bentuk massanya saja. Air diberikan energy panas akan berubah menjadi uap dan kalau didinginkan akan berubah menjadi air lagi. Energy matahari akan dirubah dan disimpan oleh zat chlorophil di daun sebagai bahan untuk menjadi bunga atau buah.
Begitulah energy berubah ubah menjadi energy panas, energy kinetik, energy elektrik, energy gravitasi, energy tekanan, energy magnetik, energy radiasi dan lain lain dalam Hukum Kekekalan Energy.

Segala energy yang kita lepaskan dalam hidup ini ke alam semesta akan menjadi suatu energy potensial yang akan menggiring kita pada kecendrungan kecendrungan sesuai dengan sifat energy yang kita lepaskan, itulah prinsip Hukum Karma. Kalau kita jahat maka cendrung masuk ke alam jahat dan sebaliknya. Tak seorangpun mampu melakukan intervensi terhadap Hukum Karma sekalipun para Dewa atau Tuhan.

Budha menyebut Pattica Samupadha yaitu sebab musabab yang saling bergantung. Tak ada istilah Reward dan Punishment disini, Hukum Karma tak bisa di tombok dengan apapun. Tak ada istilah hukuman dan penghargaan dalam hukum Karma. Tak ada isitlah menebus dosa, Tak ada istilah Multi Level Marketing disini. Hukum Karma bukan Hukum bisnis. Anda sendirilah yang menciptakan perjalanan dan kehidupan anda setelah kehidupan ini. Bukan siapa siapa.

Kembali tentang pikiran yang tak mempunyai inti diri, itu sama dengan pasir di pantai kelihatan dari jauh sebagai hamparan lantai putih di tepi laut. Kelihatan merupakan kesatuan berbentuk lembaran tetapi coba dekati dan perhatikan dari jarak sangat dekat atau ambil segenggam, maka pasir pantai itu tidak lain hanyalah butiran butiran pasir yang terpisah satu dengan yang lainnya. Dan diantara butiran tersebut ada ruang kosong.

Demikian pula dengan air yang mengalir di sungai kelihatan menyatu sebagai kesatuan, tapi coba ambil setetes dan amati dengan pembesaran mikroskoop elektron , maka tampak molekul molekul air ( H2O), yang terpisah satu dengan lainnya dan diantaranya ada ruang kosong. Demikian juga cahaya matahari pagi yang menembus kamar lewat celah jendela, tampak memancar putih bagaikan sebuah kesatuan, tapi coba cahaya itu di Freze atau dibekukan lalu amati dengan pembesaran tingkat atom, maka akan tampak butiran butiran Photon dan Deutrium yang berderet deret dan diantaranya ada celah celah ruang kosong. Butiran butiran Photon dan Deutrium ini adalah unsur unsur pembentuk cahaya ( The Structure of Light). Inilah yang sering disampaikan oleh Ajahn Brahm bahwa tak ada yang benar benar sejati memilki inti diri di alam ini. Budha menyebut Annata.

Apalagi tubuh kita terdiri dari 60 -100 trilliun sel, jelas diantara sel sel itu ada ruang ruang kosong, bahkan didalam selpun terdiri dari inti sel ( Nucleus ) dan Cytoplasma. Cyto palsma terdiri dari badan badan Golgy tempat RNA mensintese protein. Didalam sel terdapat cairan dan ruang kosong diantaranya. Bahkan diantara molekul molekul protein dan lemak dan molekul lainnya yang menyusun dinding sel ada ruang kosong. Jadi tubuh kitapun tak memiliki sebuah kesatuan substansi yang nyata, hanya susunan beberapa kehidupan yang membentuk suatu bentukan tubuh. Anda masih bisa hidup tanpa tangan, tanpa kaki.

Begitu pula atom, 99 % adalah ruang kosong, karena di atmosfir atom hanyalah kekosongan.

Jadi jelas bahwa alam ini 99 % adalah ruang kosong atau Bhuta. Begitulah pikiran tak memiliki substansi yang nyata, alam ini sebenarnya adalah kekosongan abadi, kekosongan adalah kedamaian (Chantih). Kedamaian adalah Freedom.

Jadi alam ini adalah Chantih. Tujuan kita menuju Chantih, namun pikiran kita selalu bergerak setiap hari menjauhi Chantih.

Dalam kekosongan pikiran kedamaian akan muncul nan mempesona, Chantih akan mewujud dalam warna warni keindahan, dan keagungan kebahagiaan yang sempurna .

Orang tak sadar menganggap pikirannya adalah dirinya, milik dirinya, hasil dari dirinya, menganggap dirinya punya pikiran dan pikiran itu memiliki substansi. Itulah kegelapan dari kebodohan. Sebab kita tak memiliki substansi yang nyata baik sebagai tubuh fisik maupun pikiran.

Thursday, December 22, 2011

EGO AWAL PIKIRAN


Siapakah yang mengaktifkan pikiran? Kita sendirilah yang meng ”Create” pikiran itu, lalu laju akselerasi pikiran akan semakin cepat, semakin cepat dan berkembang biak beranakpinak dengan cepat sehingga bisa menjadi hutan pikiran dan kitapun tersesat dan bingung didalamnya.

Pikiranlah melakukan inisiasi yang mengaktifkan kerja pikiran. Benih pikiranlah yang mengatakan kita ada. Kita mempunyai nama. Kita mempunyai identitas. Kita ada. Kita nyata. Kita eksis. Benih pikiran itu disebut Ego. Lalu ego membangun faham tentang adanya diri. Sehingga pikiran menjadi sangat percaya bahwa kita memang benar benar ada. Sedangkan sebenarnya kita hanya setumpuk daging, tulang dan darah yang sebenarnya tak pernah bernama. Tak berlabel. Hanya kumpulan atom. Hanya kumpulan Higg Boson. Egolah yang menempelkan label itu. Faham tentang adanya diri membuat kita jadi bingung.

Oleh karena pikiran bisa diCreate, berarti pikiran bisa diatur bisa diperintah bisa diarahkan. Dengan demikian memulai sesuatu dengan pikiran yang baik sebelum bermanifestasi menjadi kata kata dan perbuatan bukanlah hal yang mustahil.

Tri Kaya Parisudha bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Semua eksistensi mahluk di alam ini di mulai dari pikiran. Wajah kota kota di permukaan planet ini adalah sebelumnya tersimpan dalam pikiran para arsiteknya. Begitu pula panorama hutan adalah sebelumnya berada pada pikiran tumbuh tumbuhan. Jangan kira tanaman tak bisa berpikir sekalipun tidak mempunyai otak. Pikiran itu berada pada dimensi lain dari alam ini. Ketika berfikir maka sebenarnya kita sedang “ mendownload “ energy pikiran semesta ke alam dimensi kita.

Seorang bhiksu Budha dari Tibet bernama Lobsang Rampa menyebut Over Self. Badan Astral yang disebut Over Self inilah yang mengcreate badan kita saat dibentuk di dalam rahim. Over Self inilah yang selalu berada dan melindungi kita, akan tetapi Over self ini tak bisa masuk pada alam 4 dimensi kita, dia berada pada dimensi yang lain. Ada penghubung antara badan fisik dengan Over self yang disebut tali perak ( Silver Cord). Ketika mati silver cord ini putus.

Ada tehnik tertentu dimana orang bisa keluar dari badan fisiknya dan bergabung seutuhnya dengan Over Self lewat Silver Cord dan mampu berkelana kemana saja di permukaan dunia ini tanpa di batasi waktu dan ruang. Tehnik ini disebut OBE ( Out Body Escape). Di Bali ada namanya ilmu Leak, ternyata pada prinsipnya ilmu ini mirip dengan Tehnik OBE. Tehnik OBE yang sempurna bisa membuat orang bisa meninggalkan badan jasmaninya untuk selamanya kapan saja dia mau, atau dengan kata lainnya memilih hari kematiannya dengan tenang damai dan tanpa rasa sakit. Tehnik ini dijalani oleh para Yogi di puncak puncak Himalaya apa yang mereka sebut di Tanah Para Dewa.
Tehnik ini bisa lewat ubun ubun. Akan ada suara yang berdetak keras sampai terdengar pada jarak 50 meter dari tempat duduk sang Yogi pada saat dia meninggalkan tubuhnya lewat ubun ubun yang terbuka..

Di Bali para pendeta menggunakan tehnik telapak tangan. Sang pendeta akan pergi ke alam lain setelah keluar asap halus dari telapak tangannya, lalu badannya akan terkulai lemas seperti setumpuk pakaian yang dilepaskan. Dan sang pendeta pergi ke alam alam Astral bersama Overselfnya. Pengetahuan ini konon terdapat pada Lontar Kalepasan dan Lontar Kadigjayan

Tidak semua Over self utuh dan sempurna. Oleh momentum momentum karma Over Selfpun bisa cacat dan tak sempurna, juga energy pikirannya. Begitu pula kemampuan melindungi badan fisiknya.

Oleh karena itu karma yang baik akan berakibat pada penambahan energy internal yang kuat apada Over Self atau dengan kata lain berpengaruh pada kesempurnaan Over Self. Karma buruk menyebabkan Over Selfnya ” Low Bat ”. Sehingga pada saat kematian “ he can not flaying”. Tubuh Astral akan lumpuh, tersesat, bingung dan sedih.

Mungkin penyakit orang gila karena ada kekacauan pada Over Selfnya sehingga sulit di obati. Obat obat psikotropik hanya bekerja pada efektor efektor tertentu di otak. Hanya bekerja di hilir, bukan di hulu. Seperti komputer hanya bekerja pada layar dekstopnya sedangkan kesalahan ada pada orang yang duduk di depan meja komputer. Seorang waskita yang mumpuni hanya dengan sentuhan atau tatapan Shaktipata saja sudah mampu membuat waras dalam sekejap. Sepertinya dia merapikan Over Self yang pecah ( Shizo) bagaikan merapikan leher baju yang terlipat.

Jadi pikiran adalah awal eksistensi mahluk sehingga hasil akhirnya adalah hasil pikiran. Dengan kata lainnya warna warni permukaan planet ini tidak lain adalah out come dari pikiran banyak mahluk.

Untuk mendapatkan hasil yang baik mulailah dengan memilih milih dan memilah milah seperlunya saja pikiran yang akan menghasilkan sesuatu yang kita anggap baik untuk bersama dan lingkungan. Jangan mengekploitasi pikiran secara kebablasan dengan tujuan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok. Pandangan ini sangat destruktif, sangat berbahaya dan bertentangan dengan ajaran Hindhu Bertentangan dengan Prinsip Tri Hita Karana.

Kekacauan musim saat ini akibat adanya peningkatan suhu Bumi ( Global Warming) adalah akibat kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat ekplorasi, ekploitasi kebablasan dari penggunaan kecerdasan pikiran yang salah ( Intelectual Abuse). ” Mind is weapon power. May be dangerous for your shelf or the others. Be carefull with intellectuality power of mind “.

Hindhu sudah jelas menyatakan bahwa kelahiran ini adalah untuk membayar hutang Karma, kemudian membebaskan diri dari siklus Samsara Punarbawa yang sangat melelahkan. Budha mengatakan kelahiran anda sudah tak terhitung lagi. Jika air mata kesedihan dari seluruh kelahiran anda di kumpulkan maka akan melebihi Samudra Hindia. Demikian pula jika bangkai tubuh anda dikumpulkan dari semua kelahiran yang sudah anda lalui maka tumpukkannya akan melebihi tinggi puncak Himalaya. Budha telah mampu mengingat dengan sempurna lebih dari 90 Big Bang kelahiran sebelumnya. Satu Big Bang adalah satu usia sebuah Universe.

Akan tetapi pikiran juga bisa diarahkan, tentu bisa juga dinonaktifkan, di Zero Mindkan, di titik nolkan. Inilah tehnik awal suatu meditasi mengendalikan pikiran. Para pemangku di Bali yang sudah mewinten berhak memakai “Udeng”. Kain putih yang dililitkan di kepala. Itu adalah simbul orang yang sudah mampu mengendalikan pikiran. Berbeda dengan Destar, yang bisa dipakai semua orang . Destar berasal dari kata Drestha yang artinya custeem atau pakaian adat. Di Indonesia dari Sabang sampai Merauke mempunyai Destar yang berbeda beda sesuai dengan adat istiadatnya.

Tuesday, December 20, 2011

MEDITASI PERPANJANG USIA


Mediatsi dan Yoga juga mengaktifkan pancaran gelombang Alpha dan Theta dari pikiran yang akan menyelimuti tubuh. Gelombang Theta ini akan memperpanjang Telomers pada saat sel tubuh melakukan pembelahan diri pada tingkatan Metaphase. Ini akan membuat pembelahan dan siklus daur ulang sel sel tubuh memanjang. Sehingga para Yogi dan para Meditator akan selalu tampak segar, awet muda dan umur panjang.

Gelombang Alpha akan merangsang keluarnya Endorphin yang akan meningkatkan daya tahan immunitas, menetralisir oksigen radikal, mencegah percepatan apoptosis sel, merelaksasikan pembuluh darah, mengontrol metabolisme. Sehingga tubuh selalu sehat dan awet muda.

Sel tubuh mempunyai kesempatan membelah diri maksimal sebanyak 50 kali Menurut buku pengobatan Cina kuno, sel membelah tiap 2,5 tahun sekali sehingga usia maksimal manusia adalah 2,5 x 50 th = 125 tahun.

Jika kecepatan membelah diri ini dipercepat oleh pengaruh pengaruh eksternal dan menurunnya level pancaran gelombang Alpha dan Theta dari pikiran maka terjadi keadaan yang disebut ProGria artinya percepatan proses ketuaan. Oleh karena itu selalulah dalam keadaan kondisi Alpha ( tenang, damai, berkecukupan hati ) dan kuasai serta kendalikan pikiran sebab pikiran itu laksana kuda liar. Dengan demikian pancaran gelombang Alpha dan Theta dapat bertahan pada level yang sehat.

Gagasan dan usaha untuk mendapatkan suatu jenis ramuan obat sebagai Anti Aging atau anti ketuaan mungkin sebuah lelucon yang konyol.

Obat bagaikan pisau bermata dua. Satu sisi ada manfaatnya ,tapi sisi yang lain ada mudaratnya. Berhati hatilah dengan obat. Tubuh kita secara alami sudah dibekali untuk kemampuan bertahan dan tetap sehat. Jadi dalam tubuh sudah ada kemampuan kemampuan potensial untuk tetap sehat. Sekarang tinggal mengurangi paparan paparan eksternal yang akan menguras kemampuan potensial tersebut.

Di alam ini penuh dengan sumber energy Prana. Energy ini akan mampu mengisi ulang potensi potensi dasar yang berkurang akibat terpakai dalam aktivitas hidup. Seperti charges Hp. Energy Prana akan bekerja pada Stem Cell dalam meningkatkan potensi potensi dasar dari Hormon, Enzyme dalam tubuh yang akan menghasilkan energy metabolisme dan immunitas. Dan juga dalam revitalitas dari DNA.

Bagaimana mengakses Energy Prana yang hebat ini ? Yaitu dengan selalu berada atau sering berada dalam kondisi Alpha atau kalau mungkin Thetha. Kondisi kondisi ini adalah kondisi meditatif. Yaitu kondisi Damai, kondisi Berkecukupan Hati, kondisi penuh Rasa Syukur ( Angayubagia), kondisi Bahagia, kondisi Cinta kasih.

Bagaimana caranya bisa sampai kekondisi ini ? Dengan selalu berlatih Yadnya, berlatih keikhlasan. Berlatih melepaskan. Selalulah berkeinginan untuk menjadi baik dan sehat. Sebab Hukum Karma akan selalu bersama anda dan akan menghantar anda sampai ditujuan tergantung kemana langkah anda mengarah. Ketika langkah pertama anda menuju sehat maka segala life stile anda akan mengarah menuju sehat.


Begitulah Hukum Karma ini tak bisa dimanipulasi oleh siapapun sekalipun oleh para Malaikat, Dewa atau Tuhan sekalipun. Sadarilah hukum ini ada dan nyata yang berkonskwensi terhadap keberadaan anda selanjutnya, bahkan setelah kehidupan ini berakhir. Orang Bali berkata ” Berbuatlah Yadnya ”.

Perusahan perusahan asuransi dalam berbagai bentuk dan jenis sangat memanfaatkan sifat pikiran yang selalu gelisah, yaitu kecemasan dan ketakutan. Dapatkah perusahan assuransi menjamin kedamaian, bahkan setelah kematian ?. Mereka hanya menawarkan dan melecut grafik level kecemasan kita naik sampai pada titik yang menakutkan.

Kecerdasan hati akan menerima kelahiran, hidup dan kematian sebagai suatu yang alami dan wajar dengan ketenangan dan keberanian yang mengagumkan. Hanya didalam hati ada isitilah berkecukupan hati. Syukur yang sebenarnya adalah berkecukupan hati. Syukur dalam kata kata apalagi upacara upacara syukuran bukanlah syukur. Karena perayaan syukuran seperti itu menunjukkan bahwa sepertinya akan ada lagi kesuksesan yang lebih tinggi untuk diraih lagi. Dengan kata lainnya kesuksesan hari ini belumlah memuaskan, belumlah mampu membuat berkecukupan hati. Bahkan mungkin masih ada rasa kecewa dan tidak puas yang sementara masih disimpan jauh di dalam hati. Upacara syukuran menunjukkan mereka belum bersyukur. Bersyukur tak memerlukan upacara dan ucapan apapun. Diam dan bahagia. Berkecukupan hati.

Kecerdasan hati sangat memahami bahwa proses kematian sudah terjadi tiap detik pada sel sel kita. Hukum Utphatti , Stithi dan Pralina selalu eksis dan berjalan di alam ini setiap saat. Jutaan sel sel tubuh kita mati dalam hitungan menit dan lahir lagi dalam jumlah yang hampir sama. Tubuh kita selalu berubah jutaan kali perdetik dalam tingkat sel. Millyaran kali perdetik dalam tingkat mollekul dan Trilliunan kali perdetik dalam tingkat atom. Kematian adalah sebuah tingkatan sangat gradatif dan halus dari proses alam.

Tubuh kita tak pernah persis sama dari menit ke menit. Sample darah yang diambil untuk memeriksa kadar zat tertentu akan berbeda hasilnya tiap menit. Sebaran zat zat itu tak pernah merata dalam plasma darah.

Hidup ini adalah perjalanan sebuah kesadaran, suatu proses evolusi kesadaran. Krisna berkata kepada Arjuna dalam medan perang Kuru Ksetra ketika Arjuna takut untuk berperang melawan para Guru dan sanak saudaranya ” wahai Arjuna , tidak siapapun yang berdiri disini saat ini, tidak pernah ada, baik dimasa lalu, sekarang dan di masa depan ”
”Semua mahluk sedang menuju kepadaKU, Arjuna. Akulah tujuan dari semua mahluk”

Petikan itu jelas menyatakan bahwa yang nyata ada atau yang benar benar ada adalah evolusi roh menuju sumber kesadaran yaitu Krisna. Tetapi kecerdasan pikiran sangat tidak mampu membayangkan apalagi menyentuh level pengetahuan kesadaran pada tingkat yang sangat tinggi ini. Hanya kecerdasan hati yang bebas dari kotoran pikiranlah, bening dan damai yang bisa menembus rahasia alam yang maha hebat ini.

Selalulah berada dalam kondisi pikiran pada gelombang Alpha dan Thetha, maka semua sistim tubuh anda akan berkerja optimal dan sehat selamanya sampai akhir hayat.

BALI ADA KARENA ADA ORANG BALI


Bali terkenal dan harum bukan karena alamnya yang indah, bukan karena agamanya Hindhu, bukan karena budayanya yang unik. Bali mewujud dalam realita karena ada aktor dibalik semua itu. Aktor hebat itu adalah orang Bali

Orang Bali yang kebetulan berlatar belakang Hindhu, memang secara genetik dan turun temurun dalam usungan kehidupan berbudaya yang unik dan khas memiliki beberapa sifat unggul yang khas orang Bali.

Jika sifat sifat unggul orang Bali ini sirna akibat berbagai faktor maka Bali akan sirna pula. Tak peduli walaupun dibangun ribuan pura lagi atau jutaan upakara adat dan agama. Karena semua pernak pernik Bali itu hanyalah bersifat asesoris eksternal yang bersifat sementara.

Jika ingin membangun ajeg Bali. Maka harus digali sifat sifat unggul orang Bali, diangkat kepermukaan dan dilestarikan. Inilah internal core nya Bali. Pelestarian budaya yang dilakukan selama ini hanya pekerjaan di hilir. Tidak akan mampu mempertahankan ajeg Bali.

Budaya hanyalah proyeksi dari Desa Kala Patra dalam mengejawantahkan spirit Hindhu. Bali masih menyimpan segudang “ blue print“ budaya yang akan selalu selaras dengan masa depannya, asal orang Bali dengan sifat ke Baliannya tidak hilang.

Adapun sifat sifat khas dan unggul orang Bali tersebut adalah POLOS, CUCUD, JEMET, TRESNE, ASIH.

POLOS adalah kejujuran. Kejujuran yang sebenar-benarnya. Orang Bali pantang berbohong dan hampir tidak bisa berbohong. Sehingga orang Bali kentara kalau berbohong. Dia tak pernah berlatih berbohong, dia akan merasa tersiksa jika disuruh berbohong. Orang Bali lebih suka terus terang agar merasa ringan, walaupun ada resiko dengan berterus terang.

Jika semua aparat pemerintah sekarang ini ingin mengajegkan Bali, maka mereka harus terlebih dulu kembali merenungi dan memikirkan untuk mengajegkan sifat orang bali yang satu ini yaitu POLOS. Manakala mereka sendiri selalu belajar berbohong maka merekalah kelompok yang berdiri didepan untuk menghancurkan Bali.

CUCUD sifat bertanggung jawab. Tanggung jawab itu adalah tanggung jawab Karma. Orang Bali akan bertanggung jawab atas segala pekerjaan dan perbuatannya. Tak suka menghindar dari masalah. Sangat kesatria. Karena orang Bali percaya akan hukum Karma. Bahwa Karma tak bisa dihindari. Hukum energy ini kekal dan sempurna adanya. Karena itu orang Bali CUCUD. Orang Bali pasti akan membayar sesangi atau janji sekalipun saat dia berjanji tak ada yang tahu. Sifat inilah yang mengajegkan Asiti Bhakti kepada Hyang Widhi dan melahirkan salah satu unsur Tri Hita Karana yaitu PRAHYANGAN.

JEMET artinya kreatif dan suka bekerja berdasarkan kreatifitas. Orang Bali akan senang dan sangat rajin dan antusias jika diberikan ruang dan waktu untuk mengembangkan kreativitasnya. Orang Bali tak suka jadi buruh. Orang Bali pada dasarnya semua seniman. Makanya orang Bali peka, halus perasaannya, mudah tersinggung dan ngambul. Karena itu sekolah sekolah di Bali, sebaiknya memberikan banyak waktu dalam kurikulumnya untuk pengembangan kreatifitas anak. Tingginya nilai kehidupan berbudaya orang Bali tiada lain karena sifat yang satu ini yaitu JEMET.

TRESNE adalah sikap saling menghormati yaitu suatu sikap yang demokratis. Ini lah yang melahirkan salah satu roh dalam Tri Hita Karana yaitu PAWONGAN. Sikap menghormati orang lain ini menyebabkan Bali terkenal dengan keramah tamahannya. Orang Bali kalau berbicara jarang dengan muka seram dan serius. Orang Bali lebih suka tersenyum dengan siapa saja.

ASIH adalah sifat menyayangi. Rasa sayang ini tergambar bagaimana orang Bali membangun tata bangunan, tata desa, dan tata adat. Semua terkesan seolah olah penuh dengan sentuhan kasih sayang. Orang Bali jarang membuat bangunan yang kaku, sombong, angkuh dan tak bersahabat. Bangunan arang Bali begitu humanis. Sifat inilah yang menghidupi roh PALEMAHAN. Orang Bali tak suka menebang pohon sembarangan dan menyemblih hewan sembarangan. Semua itu haruslah untuk suatu persembahan Yadnya. Untuk suatu mengabdian yang lebih mulia.

Jadi manakala sifat sifat murni dan asli orang Bali ini hilang maka roh roh Tri Hita Karana juga akan hilang. Termasuk Bali akan sirna. Karena orang Bali sudah tidak ada. Yang masih ada tinggal dan hidup di Bali bukanlah orang Bali lagi sekalipun dia mengaku keturunan orang Bali karena sifat sifat sebagai orang Bali telah tidak dimiliki lagi.

Ajeg Bali adalah ajegnya orang Bali.

Thursday, December 15, 2011

PIKIRAN SELALU GELISAH


Ada yang mengatakan pikiran bagaikan kuda liar yang sulit dipegang dan diarahkan, ada yang mengatakan pikiran bagaikan kera yang tak pernah duduk diam. Pikiran itu memang selalu gelisah. Pikiran itu selalu ingin escape dan ingin escape. Pikiran melecuti kita untuk selalu bergerak dan bergerak. Pikiran dengan sadis dan kejam tidak pernah membiarkan kita untuk berada dalam suasana damai dan menikmati ketenangan walau dalam sekejap, bahkan saat tidurpun pikiran selalu aktif berupa mimpi mimpi.

Sifat pikiran yang selalu berpindah pindah itu membuat kita seperti hidup dalam penjara dari balik jeruji besi. Kita akan selalu memandang keluar, kapan kiranya kita bisa bebas. Pikiran adalah penjara yang melarang kita untuk lega dalam kebebasan. Pikiran mengarahkan kita kemasa depan dan selalu kemasa depan, selalu besok dan selalu besok. Berarti kita merasa tak betah dengan keadaan hari ini. Dengan kata lainnya kita tidak menikmati hari ini. Bagaimanapun indahnya hari ini pikiran segera melecuti kita untuk pergi dari situ dan berfikir besok, besok dan besok. Keadaan ini berlangsung terus terus dan terus.

Kita dibuat selalu tidak puas dengan hari ini. Bahkan sampai menjelang ajalpun kita lupa menikmati hari ini. Kita lupa dengan ketenangan, kita lupa dengan kedamaian, kita lupa dengan hidup. Kita tak pernah hidup. Selalu berlari selalu berlari karena ketakutan, kecemasan, dengan tujuan ingin menikmati ketenangan hidup, kedamaian hidup di hari tua. Tetapi kita lupa bahwa kita sedang menunggangi kuda liar yang tak pernah berhenti yaitu pikiran.

Buanglah kuda itu, turun dan berjalanlah pelan pelan maka kita akan menikmati ketenangan pemandangan hidup yang jenih dan damai, indah dan membahagiakan, bebas dari rasa takut dan kecemasan. Itulah Chanthih.

Kecerdasan hati tahu bahwa seluruh isi alam ini sudah diprogram sedemikian rapi dan sempurna. Sub pertikel atom mempunyai program, atom mempunyai program, molekul mempunyai program, sel mempunyai program. Semua mereka mempunyai program sendiri sendiri yang mengagumkan. Molekul air haruslah H2O, karbohydrat haruslah atom Carbon dan Hydrogen dan molekul molekul protein tertentu haruslah mempunyai rumus atom yang spesifik. Oleh katrena itu alam ini sebenarnya adalah komputer yang sangat dan maha sempurna. Mempunyai hukum hukum baku yang sudah di set sedemikian rupa sesuai untuk alam 4 dimensi, seperti alam kita ini.

Dalam Hukum Karma Phala maka setiap energy pikiran, ucapan dan perbuatan yang dilepaskan ke alam akan tercatat sebagai potensial energy. Kebaikan adalah energy yang dilepaskan ke alam dan alam akan mencatat sebagai simpanan energy, energy dengan tanda Plus (+). Dalam aliran meditasi Falun Gong disebut ”De”. Dalam artian anda mempunyai simpanan energy, yang nanti akan dibayarkan kepada anda pada saat saat yang tepat dan dibutuhkan.

Karena sifat alam ini adalah Canthih adalah selalu menuju keseimbangan. Energy ini disebut energy Sentripugal atau energy positif. Karena dalam kebaikan vektor resultante energy itu menuju keluar diri. Pelayanan dengan kasih, persembahan dan ketulusan adalah kebaikan dengan energy positif menuju keluar diri. Pada saat kematian simpanan energy ini akan membuat anda mampu terbang dengan kecepatan mengagumkan menuju planet planet murni yang lebih tinggi..

Pada saat hidup bisa saja anda berkelit atas kebohongan dan kejahatan bagai ikan yang berenang di sungai, tapi saat kematian anda akan hanyut bagai selembar daun kering. Saat inilah momentum Karma akan bekerja.

Sedangkan pada kejahatan maka vektor resultante energy itu menuju kedalam diri, untuk mnguntungkan diri sendiri atau kelompok. Energy ini disebut energy negatif, atau energy Sentrifetal. Untuk kejahatan alam akan mencatat sebagai energy dengan tanda Minus (-), dalam arti anda berhutang energy terhadap alam.

Pada suatu saat alam akan memintanya lagi untuk dan demi keseimbangan dan kedamian alam itu sendiri atau Canthih. Jadi pada saat kematian maka kita akan mengalami ” low bat ” sehingga can not fly and polling down in the bad whorld. Kita tak bisa terbang ke planet planet murni pada dimensi dimensi yang lebih tinggi dimana para mahluk mahluk mulia yang sempurna dengan pengetahuan sempurna dan kebahagiaan tertinggi berada disana.

Dimensi alam ini tak terhingga untuk dijelajah dan dipenuhi oleh mahluk berbagai tingkatan kemuliaan dan kebahagiaan. Jangan hanya terpaku di Bumi ini yang sesempit debu di alam semesta. Jangan picik. Jangan stupid.

Maka Hindhu selalu menganjurkan berbuat Yadnya. Ada Panca Yadnya yg harus dilakukan dalam hidup, tujuannya adalah untuk menabung energy di alam semesta agar nanti kita tidak Low Bat saat kematian menjemput.

Lahir sebagai binatang atau lumut bukanlah sesuatu yang mustahil. Hukum Karma berlaku untuk siapapun tak pandang bulu. Tidak ada siapapun yang mampu menolong diri kita kecuali diri kita sendiri. Orang orang yang selama hidup sebagai keluarga kita, akan berpisah dan mungkin tak akan pernah bertemu lagi dalam etape selanjutnya. Karena mereka akan pergi dalam Reinkaranasi selanjutnya.

Hanya Yadnya suci itulah yang merupakan simpanan energy yang akan membawa kita pada kelahiran kelahiran yang lebih tinggi. Yadnya bukanlah selalu dalam bentuk banten dan doa, tapi perbuatan nyata dan kasih serta pengorbanan yang dilakukan baik terhadap alam ( Dewa Yadnya), Masyarakat ( Manusia Yadnya), keluarga ( Pitra Yadnya), binatang ( Butha Yadnya) dan para Guru yang telah memberikan pencerahan hidup ( Rhsi Yadnya )

Meditasi dan Yoga telah dikenal dalam Hindhu sudah sejak lama sekali, sebagai suatu tehnik Shut Down. Karena alam ini adalah komputer raksasa, maka meditasi bertujuan untuk mencelat keluar dari layar monitor dan bersatu dengan sang pemain sejati yang duduk di depan meja komputer yaitu Atman. Yoga pada tingkat Samadi atau meditasi pada tingkat Jana adalah mereka yang sudah sampai pada pengetahuan sejati tentang hidup dan kehidupan ini. Mereka tahu rahasia alam ini karena sudah bersatu dengan Dia Sang Pengendali yakni Brahman.

PIKIRAN SELALU MEMBEDAKAN


Pikiran jika diaktifkan akan selalu membeda bedakan antara kaya dan miskin, rupawan dan jelek, baik dan buruk, tinggi dan rendah. Pikiran sangat pandai dalam melakukan diskripsi semacam ini. Hasil akhirnya adalah bermacam macam menu yang antara lain terdiri dari kesombongan , keangkuhan, rendah diri, berkecil hati, kecewa, iri, dendam dan lai lain. Jika anda mengaktifkan kemampuan membeda bedakan dari pikiran maka anda tinggal memilih salah satu dari menu akhir tersebut.

Dalam komunitas orang orang yang selalu mengandalkan pikirannya, apa yang disebut masyarakat intelek atau masyarakat kampus saat ini, jangan kira mereka dalam suasana Chantih yang damai dan tenang. Mereka seperti api dalam sekam. Mereka bersaing dalam hati dengan sesamanya, saling ingin melebihi, saling ingin menang saling ingin lebih pintar, mereka selalu ingin berdebat. Mereka berdansa diatas lantai kegelisahan. Yang jelas para binaragawan pikiran ini selalu gatal ingin saling menjotos dengan sesamanya. Mereka menderita dalam berbagai tingkat kesarjanaan. Menderita pada tingkat S1, menderita pada tingkat S2, S3 dan seterusnya.

. Mereka berada dalam suasana kompetitif yang konyol. Mereka terjebak dalam gua sempit yang menyesatkan. Mereka seperti katak dalam tempurung. Mereka tak mampu meraba kedamaian yang akan menjadi tempat tujuan akhir siklus Reinkarnasi. Mereka sia sia. Hanyut dalam peradaban.

Di Denpasar ada sebuah Banjar yang terdiri dari kelompok orang orang yang disebut intelek, ternyata ada yang ngodalin pagi ada yang ngodalin sore di pura. Ternyata mereka blok blokan. Karena mereka selalu merasa lebih pintar dari yang lain, mereka saling tak mau kalah. Karena mereka tidak tahu dan buta sama sekali tentang kecerdasan hati, kecerdasan yang membawa kebesaran jiwa dan hati, kecerdasan yang tenang damai dan sangat berani menerima apa adanya sehingga menghasilkan kebijaksanaan. Sedangkan pikiran cendrung cengeng, cerewet, pengecut, ingin menang sendiri dan rapuh ( vulnerable).

Tuesday, December 13, 2011

PIKIRAN ADALAH SENJATA


Jika binatang membela diri atau mempertahankan diri dan komunitasnya dengan fisik, kuku tajam, taring dan sebagainya, maka manusia mempertahankan diri dengan pikirannya. Bagi manusia pikiran adalah senjata untuk mempertahankan hidup diatas planet ini. Karena memiliki kemampuan berpikir yang lebih kompleklah manusia survive diatas mahluk mahluk lainnya di atas permukaan Bumi ini.

Jadi pikiran adalah The Weapon. Oleh karena itulah pikiran adalah senjata tajam yang bisa melukai diri sendiri ,orang lain atau lingkungan. Hindhu mengajarkan berhati hatilah dengan pikiran. Selalu selaraskanlah pikiran kata kata dan perbuatan pada suatu garis linier. Jika ada penyimpangan atau diversi/ distorsi antara pikiran kata kata dan perbuatan itu suatu pertanda kesalahan mengelola diri , atau bahkan cendrung mengarah pada Crime..

Manuver ini disebut Tri Kaya Parisudha. Kedamaian akan dapat diraih lewat pelaksanaan yang nyata dan konkrit terhadap Tri Kaya Parisudha. Tri Kaya Parisudhalah merupakan cikal bakal tercapainya penerapan kehidupan masyarakat Tri Hita Karana. Dengan kata lain untuk terlaksanannya Tri Hita Karana maka laksanakan dulu Tri Kaya Parisudha dengan benar. Dalam masyarakat modern dan maju secara tak langsung mereka melaksanakan Tri Kaya Parisudha yang dituntun dengan mematuhi aturan aturan yang berlaku. Sabar untuk antre yang panjang, berani mengatakan tidak terhadap hal hal yg dia tak suka. Berlaku jujur dalam tugas dan pekerjaan. Itu adalah bentuk pelaksanaan Tri Kaya parisudha. Maka akan tercipta masyarakat Tri Hita Karana. Sesuai dengan namanya Tri artinya tiga. Hita artinya kebahagiaan, dan karana artinya Penyebab. Jadi ada tiga penyebab utama menuju jalan kebahagiaan. Yaitu Prahyangan adalah tautan yang harmonis dengan kesadaran murni (Tuhan), Pawongan tautan yang selaras seimbang dan harmonis antara sesama umat manusia, dan Palemahan adalah tautan yang harmonis dengan lingkungan alam Semua itu cerminan dari Canthih

Pikiran mempunyai sifat sifat defensip dengan selalu membangun rasa takut dan cemas. Rasa takut dan cemas inilah salah satu pemicu eksistensi kebablasan dari peradaban manusia. Rasa takut akan membuat rasa bersaing, rasa curiga dan rasa marah.. Rasa takut dan cemas juga yang membangun suatu budaya apa yang disebut sebagai kemajuan tehnology. Ekploitasi besar besaran terhadap pikiran untuk menutupi rasa cemas dan takut menyebabkan manusia membangun benteng baja dengan lingkungannya, juga antara sesama agar perasaan aman dapat di obati.

Ekploitasi terhadap pikiranlah yang melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah bagai pisau bermata 2 , bisa di gunakan untuk hal bermanfaat bisa juga untuk hal yang membahayakan.( Rhwa Bineda).

Oleh karena itu profesionalisme harus dibatasi oleh rambu rambu aturan profesionalisme atau hukum. Kalau tidak akan berlaku hukum ”yang bodoh bisa dibodohi”. Profesionalism is Crime. Jika ilmu pengetahuan dipergunakan salah atau berada pada tangan orang yang salah sangatlah berbahaya. Harus ada keseimbangan antara hati dan pikiran, sehingga tercipta Chantih.

Pikiran dalam hal tertentu bertentangan dengan hati. Misalnya ketika seorang pedagang nasi melihat ayam , maka dia berpikir ayam itu baik untuk dipotong lalu dagingnya dimasak untuk dijual. Tapi seorang penyayang binatang lebih cendrung memelihara ayam itu, lain lagi seorang dokter hewan memikirkan jangan jangan ayam itu membawa virus flu burung. Seorang bebotoh atau penjudi sabungan ayam melihat ayam itu baik untuk di adu. Tapi kalau melihat dengan hati maka ayam itu juga mahluk seperti kita, lebih baik jangan terlalu di ekploitasi, sayangi dia dan mamfaatkan hanya bila sangat perlu saja.

Kelas kelas Baratlah yang mengajarkan ekploitasi terhadap pikiran, anak anak dari kecil diajarkan berfikir dan mengasah pikirannya. Mereka sebut kecerdasan.padahal mereka sedang mengasah senjata. Mereka percaya bahwa pikiran berada dalam otak. Mereka tidak mengenal kecerdasan hati yang jauh lebih cerdas dari pikiran , mereka tidak mengerti hukum keseimbangan yang merupakan hukum fundamental dari hukum semesta yaitu Chantih.

Pada saat Candi Borrobudur di buat th 825 orang orang Barat baru bisa membuat tungku. Pada saat itu orang Indonesia telah tahu tehnik membersihkan hati dan pikiran ( Meditasi & Yoga) yang merupakan sumber kebahagiaan ( Chantih). Sedangkan saat itu orang Barat baru belajar membersihkan gigi. Sungguh kenapa sekarang kita mengalami degradasi dalam segala kecerdasan ?

Bangunlah kecerdasan hati sebanyak banyaknya., dan gunakanlah kecerdasan pikiran hanya bila perlu saja, agar tercipta kehidupan Chantih dan masyaralat chantih. Pengetahuan yang di dapat dari pikiran tidak bersifat absolut dan universal, pengetahuan itu bersifat nisbi dan sementara. Karena besok besok pasti ada yang menemukan hal baru yang lebih baik, dan begitulah seterusnya yang lama di buang dan muncullah yang baru. Terus akan begitu tidak tahu sampai dimana ujungnya.

Menurut Budha ujung ujung dari semua itu adalah Dukka, adalah ketidak puasan. Pikiran tidak pernah mengenal kecukupan hati. Tidak pernah mengenal kedamaian. Dan tidak pernah mengenal kebahagiaan. Hatilah yang mengenal semua itu.

Bahkan para ahli atom abad ini di pusat atom Berkley telah menemukan kesalahan kesalahan theory relativitas Einsteins dalam buku ”The Einsteins Mistakes”.padahal sebelumnya Einstein dianggap sebuah kebenaran, seorang Bhagawan of Science. Sungguh alam ini tak terbatas untuk dijelajah. Alam ini maha rahasia( Achintya). Alam ini sangat elastis, mau mau saja. Tergantung kaca mata apa yang anda pakai. Jika anda menggunakan kaca mata merah maka alam ini akan tampak merah. Jika anda mengunakan kaca mata biru maka akan tampak biru. Jika kita melihat rumput berwarna hijau apakah sapi, kambing, anjing atau burung juga melihat hijau ? Bagaiman mereka yang butha warna ? Dapatkah kita melihat sinar x ?, sedangkan sinar itu ada..

Alam ini sejatinya tak terpikirkan, dengan kata lain percuma anda mengekploitasi alam ini dengan pikiran. Orang Bali menyebut : ”Anak Mula Keto ” Artinya kalau ingin merasakan hidup damai, hidup Chantih, janganlah terlalu memperdebatkan hal hal sepele dengan pikiran. ” Sing ade ape de” kata Orang Bali. Jalanilah hidup dengan damai di hati, damai di dunia dan setelah itu pastilah kedamaian yang mengantar kita dalam perjalanan Life After Life Journey.

Sungguh Prinsip Anak Mula Keto membutuhkan kecerdasan hati, kesadaran tingkat tinggi, keberanian seteguh baja dan kebeningan pikiran tanpa cela. Hanya mereka yang dalam suasana Chantih yang mampu memahami Prinsip Anak Mule keto. Ikhlas dan benar benar ikhlas dan bahagia. Anak Mula Keto.

Lihatlah perkembangan telekomunikasi saat ini sungguh sangat cepat berubah ubah. Yang jelas ujung ujungnya pengetahuan pikiran hanya akan menyisakan hasil akhir berupa kegelisahan , kecemasan dan ketakutan. Berbeda halnya dengan kecerdasan hati akan memberikan suatu yang absolut, universal, keseimbangan, kedamaian dan keindahan hidup.

Sebaiknya anak anak mulai dari kecil di ajarkan mengenal kecerdasan hati, yang akan mengantar dia kepada kebahagiaan, bukan kecerdasan pikiran melulu yang hasilnya takut, cemas dan gelisah.

Tuesday, December 6, 2011

REALITAS PIKIRAN



Lapisan pikiran berada pada dimensi yang lain.

Bhagawan Sri Satya Sai Baba mengatakan bahwa tubuh kita bukanlah hanya tubuh fisik, akan tetapi terdiri dari beberapa lapisan tubuh antara lain lapisan tubuh fisik ( fisical sheat), lapisan tubuh Prana ( Pranic sheat), lapisan tubuh emosi ( Emotional sheat), lapisan tubuh pikiran ( Intelectual sheat), lapisan tubuh kebahagiaan ( Bliss sheat), lapisan tubuh kesadaran( Conciusness sheat).

Para ahli atom mengatakan bahwa White Matter atau Fisical Matter ini hanyalah 4 % dari total energy alam semesta. Jadi berarti pula tubuh fisik kita hanyalah 4% dari total life energy kita. Jika kita mati kita masih memiliki 96 % energy murni ( Pure energy) yang akan terbang ke alam alam lainnya atau kembali ke planet fisik seperti Bumi untuk mencari 4% energy lagi agar bisa mewujud ( Reinkarnasi).

Lapisan pikiran hanyalah satu dari lapisan tubuh kita. Dimanakah letaknya lapisan pikiran ? Di otak ?. Tentulah tidak. Seluruh sel sel tubuh kita akan diganti dalam 5 tahun. Termasuk sel sel otak. Lalu kenapa kita masih bisa ingat dengan jelas peristiwa peristiwa 10 tahun yang lampau ?

Dalam tehnik meditasi dan Yoga ada tehnik Regresi dimana seseorang bisa kembali kemasa waktu sebelumnya dan menikmati pengalaman nyata sebelumnya, seperti kembali pada kehidupan masa sebelumnya. Misalnya mendengar suara burung saat usia 5 tahun atau merasakan air susu ibu saat bayi. Semua sensasi itu seperti nyata. Bahkan bisa kembali kepada saat dalam kandungan atau bahkan pada pengalaman hidup sebelumnya.
Budha bahkan bisa menikmati sensasi 90 Kalpha sebelumnya. Satu kalpha sama dengan satu periode Big Bang.

Pikiran bukanlah materi fisik. Dia ada pada dimensi lain, bukan dimensi fisik yang terdiri dari 4 dimensi ( 4D).

Ada mahluk bersel satu yang disebut Ammoeba, dia bisa berfikir sekalipun tidak mempunyai otak. Begitu pula ada mahluk yang lebih kecil lagi yang disebut Virus, hanya terdiri dari beberapa molekul saja. Namanya Virus DNA dan juga Virus RNA. Dia tak mempunyai otak tapi dapat berfikir , dapat bergerak menghindari bahaya, menyerang, membajak DNA dan mengcopy dirinya dan sebagainya.

Walaupun eksistensi mahluk tak sama sedangkan pikiran semua mahluk mempunyai kapasitas yang sama, perbedaannya karena muatan program pada apa yang disebut otak atau DNA tidak sama pada semua mahluk.

Pernah dilaporkan ada seorang mahasiswa yang sangat cerdas dan selalu lulus cum laude tetapi ketika dirontgen kepalanya karena sakit ternyata hanya berisi air saja ( tanpa otak/ hydrancephali ). Contoh lainnya computer bisa diprogram untuk bermain catur seolah olah mempunyai pikiran padahal tak memiliki otak. Computrer ini namanya Deep Blue yang dapat mengalahkan Garry Kasparov seorang super master dunia yang berasal dari Sovyet.

Kenapa orang orang bangga dan berlomba untuk membangkitkan kecerdasan pikiran padahal sebuah komputerpun dapat melakukannya?. Kenapa tidak membangkitkan kecerdasan hati dimana komputer sama sekali tak dapat melakukannya ? Computer tak mengenal bahagia. Hanya manusia yang mengenal bahagia. Sekuat kuatnya kita membangkitkan kecerdasan pikiran maka ujung ujungnya adalah ketidak puasan, ujung ujungnya adalah Dukka. Sedangkan kecerdasan hati ujung ujungnya adalah kebahagiaan.

Pikiran itu tak terbatas oleh ruang waktu. Buktinya dalam kamar sempitpun kita bisa membayangkan lautan luas. Juga kita bisa mengingat dan membayangkan peristiwa peristiwa yang sudah lama berlalu seperti kenangan kenangan masa anak anak bersama teman teman kita. Jadi tak ada ruang dan waktu yang mampu membatasi pikiran, karena pikiran bukan materi 4 dimensi. Pikiran berada pada dimensi yang lain.

PIKIRAN PEMINPIN INDRA INDRA


Pancaindra baru bisa mewujudkan realitas setelah mendapat persetujuan dari pikiran. Jadi yang terpenting adalah bahwa semua rangsangan pancaindra itu harus mendapat persetujuan dari pikiran. Boleh ada obyek, ada mata yang sehat, ada otak yang sehat tapi kalau tak ada persetujuan dengan pikiran maka obyek itu tak akan pernah ada dalam realitas anda.. Orang yang melamun yang pikirannya jauh, mungkin tak melihat kalau ada orang lalu lalang di depannya atau tak mendengar kalau namanya dipanggil.

Persetujuan (approved) ini oleh Budha disebut Chanda. Budha mengatakan dalam pancaindra adal 5 persetujuan antara pikiran dan pancaindra yang disebut Kama Chanda. Ketika pikiran setuju untuk melihat yang sensual maka proses penglihatan itu dapat berlangsung dan dapat membangkitkan rangsangan. Begitu juga kalau pikiran setuju kepada indra untuk menikmati alkohol maka rasa alkohol itu akan terasa mengigit. Jadi pikiranlah kunci dari semua itu. Semua alat alat indra dari otak sampai efektornya tak akan berfungsi kalau tak mendapat persetujuan dari pikiran. Siapakah pikiran ? Sang pencipta realita ?

Dalam pendidikan Yoga dan Meditasi maka pikiranlah dilatih untuk memberi persetujuan kepada pancaindra secara selektif dan efficient dan menghindari sensualitas dunia eksternal yang dapat menghanyutkan kesadaran kedalam arus semu kehidupan. Bukan sebaliknya dengan menutup atau menghilangkan obyeknya. Karena pikiran dapat pula menikmati sensualitas tanpa obyek, apa yang disebut menghayal. Pikiran dapat menghadirkan obyek obyek ciptaannya sendiri. Jadi pikiranlah kuncinya pancaindra. Karena itu pikiranlah yang dikendalikan, bukan obyek eksternalnya. Dunia ini adalah bentukan pikiran dan dia senang berselancar di dalamnya.

Pikiran dapat diprogram, diarahkan dipandu dan dikendalikan. Oleh karena itu untuk menghindari orang menjadi mabuk akan kenikmatan dunia maka pikirannya yang dikendalikan. Orang yang dapat mengendalikan pikiran adalah orang pada tingkat bijak, tetapi bagi para pemula atau para remaja untuk menghindari mabuk dunia maka obyek rangsangan harus dihindarkan dulu sebelum pikirannya menjadi kuat dan bijak. Dia harus terlebih dulu di jauhkan dari sensualitas dunia. Makanya wihara wihara, padepokan padepokan yoga dan meditasi memilih tempat di hutan atau di gunung.

Memuja kenikmatan dan mengumbar napsu adalah bentuk lain dari memuja berhala, karena semua rangsangan itu adalah semu, hanya permainan molekul molekul kimia. Molekul molekul kimia yang tercipta dari rangsangan itu yang menyebabkan kita tak sadar. Rasa manis, rasa pahit, enak dan sebagainya hanyalah permainan molekul molekul kimia. Pikiran yang bersih tidak mungkin suka mabuk mabukan atau pesta sek dan narkoba. Sadarlah itu hanya permainan molekul molekul kimia. Oleh karena itu setiap agama mengajarkan pengendalian pikiran atau pengendalian diri terhadap suatu permainan yang menyesatkan dan semu ini.

Yesus Kristus dalam penyiksaan menuju tiang Salib, mungkin sudah sangat mengetahui permainan molekul molekul ini. Mungkin saja Sang Yesus tidak merasakan apa apa, bukan seperti rasa sakit yang kita bayangkan, karena Beliau sudah sangat piawai mengendalikan pikiranNYA.

Lalu apakah realita ini sebenarnya?. Kita menggantungkan nasib pada alat pengindra dan otak ? Apakah itu sahih ?

Thursday, December 1, 2011

PANCA INDRA JENDELA DUNIA


Ketika air gula diteteskan pada ujung lidah dengan segera otak dapat mengenalinya sebagai rasa manis. Dan memberikan jawaban itu adalah air gula. Tapi coba teteskan air gula pada telapak tangan maka tak ada jawaban karena ditelapak tangan tak ada pintu pintu reseptor spesifik terhadap rasa manis.

Begitu juga makanan yang enak di lidah, tapi ketika sudah masuk ke lambung tak terasa apa apa, padahal enaknya tetap. Cahaya yang dipantulkan benda benda ke retina mata juga akan menciptakan molekul molekul kimia tertentu pada pintu pintu reseptor pada retina. Otak memberikan interpretasi tentang keadaan benda tersebut, bentuk, warna, jarak dan lain lain. Hasil dari interpretasi ini berbeda beda (tidak persis sama) walaupun dengan obyek benda yang sama pada waktu bersamaan. Bahkan interpretasi bisa berbeda pada orang yang sama dengan obyek yang sama pada saat yang berbeda.

Panca indralah yang memperkenalkan dunia luar pada otak, dan otak akan membentuk persepsi persepsi (model) tersendiri tentang dunia. Rangkaian persepsi persepsi ini akan merajut sebuah difinisi tentang dunia, sesuai dengan intensitas dan sifat rangsangan yang diterima lewat pancaindranya. Oleh karena itu orang bijak mengatakan : ”SEBERAPA BANYAK MANUSIA SEBEGITULAH BANYAK DUNIA ”.

Ketika ada pesta dan diatas meja ada berbagai jenis dan menu makanan, tetapi orang orang akan mengambil jenis makanan atau buah yang berbeda beda. Itu menandakan memory rasa yang ada di pikirannya berbeda beda. Ada yang suka apel ada yang suka semangka dan sebagainya. Itulah perbedaan persepsi terhadap dunia. Bahkan apel yang sama akan memberikan persepsi rasa yang berbeda pada orang berbeda.

Pertanyaannya adalah : Apakah ini juga program DNA ? Apakah kita sebenarnya tak memiliki kehendak bebas ? Apakah alam sebenarnya kumpulan bertrilliun trilliun hukum alam yang sedang berlaku pada dirinya dengan sendirinya pula ? Tanpa campur tangan siapapun.

Saya tidak ingin mengatakan jika seorang pedagang sate walaupun dia mengutuki Tuhan 100 kali dalam sehari, tapi selama dia selalu melayani pelanggan dengan baik pastilah dia akan beruntung.

Ketika Hindhu mengatakan Tuhan adalah Brahman. Brahman bersifat Wyapi Wyapaka Nirwikara, yaitu selalu ada dan ada dimana mana. Maka alam inilah sejatinya yang kita maksudkan Tuhan. Karena kita tak akan pernah berhasil memecahkan hukum hukumnya.

Hukum fisika quantum bukanklah akhir fisika. Dimasa depan pastilah ada sebuah DNA sangat cerdas yang menemukan hukum fisika baru yang mencengangkan dan membelah tabir rahasia alam selanjutnya.

Dan hal yang paling mencengangkan adalah semua penemuan itu akan terasa cocok dan bisa diterima oleh alam. Tampaknya alam ini sangat elastis bagai karet. Mau mau saja.

Pandangan orang buta dan orang tuli atau sekalian buta tuli terhadap dunia berdiri sendiri sendiri. Mereka punya dunianya sendiri sendiri. Dengan kata lain dunia ini menjadi nyata karena adanya pancaindra. Coba kalau kita tidur maka dunia ini lenyap. Apakah sebenarnya memang lenyap? Dan begitu kita bangun dunia ini ada lagi ? Secara spontan dunia ini dibentuk lagi sesuai memory dan persepsi kita ?. Jangan jangan memang seperti ini.

Begitulah relatifnya dunia, begitu nisbinya dunia. Pada saat tidur nyenyak semua kekayaan anda, gelar pangkat, jabatan anda dan bahkan semua sanak saudara anda lenyap. Apakah realitas itu benar benar ada ? Atau ada karena otak membuat model realita dari menyusun data data yang dikirim oleh pancaindra kepadanya ? Bagaimana bentuk model realita pada kucing, kambing, ikan, tumbuhan, bakteri dan virus. ? Apakah hampir sama atau berbeda sama sekali ?

BALI PULAU BANTEN


Dalam perjalanannya spiritualnya Hindhu mengenal 380 000 000 Dewa. Hindhu meyakini alam makrokosmos identik dengan alam mikrokosmos. Atman identik dengan Brahman. Diri identik dengan alam semesta. Sifat dasar alam dan sifat dasar diri adalah sama yaitu Satwam, Sivam, Sundaram.

Satwam artinya kebenaran, Sivam artinya kebahagiaan dan Sundaram artinya keindahan. Sifat alam ini identik dengan sifat dasar dalam diri. Untuk memudahkan pemahaman ini Hindhu menciptakan Dewa Dewa sebagai wakil wakil personifikasi alam. Dewa matahari, Dewa Laut, Dewa angin, dan Dewa Dewa lainnya. Semua itu adalah wujud personifikasi wakil wakil alam. Semuanya adalah model. Semuanya ada dalam diri kita. Untuk itulah para tetua Bali ( meminjam istilah Bapak Gede Prama, seorang guru spiritual Bali masa kini yang sederhana dan bening), tetua Bali membuat metode untuk lebih membuat hal ini semakin konkrit dengan jalan membuat Banten.

Metode pendekatan dengan sifat sifat murni alam yaitu Satyam, Sivam Sundaram adalah banten. Banten adalah satu satunya hasil kreativitas tetua Hindu Bali, dan tak ada lainnya di dunia. Oleh karena itu pulau mungil itu dinamai Bali. Bali artinya Banten. Artinya Yadnya. Artinya persembahan. Inti Persembahan adalah penyatuan diri dengan alam. Bersatunya di dalam dan di luar. Leburnya hidup dan kematian. Leburnya Ada dan tiada. Leburnya waktu. Yang tinggal kedamaian. Yang tinggal kebahagiaan.

Banten pada awalnya adalah model model replika mini dari alam yang memiliki bentuk bentuk dan komposisi spesifik. Tergantung tujuannya. Kepada alam mana ?. Kepada Dewa apa ?. Pemujaan, kasih dan pendekatan terhadap alam adalah sebagai inisiasi untuk membangkitkan pendekatan kedalam diri. Jika sifat sifat dasar alam telah kita jiwai maka kita akan menemukan sifat sifat dasar dalam diri yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan.

Banten tujuan filosofisnya adalah untuk meraih, meraup, menghirup dan menjiwai sifat sifat dasar alam yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan. Agar kita dapat membangkitkanya dalam diri sehingga kehidupan ini berarti dan bermakna. Tetua Bali tampaknya sangat tepat dalam hal ini . Carilah kebahagiaan dalam hidup karena itulah hidup yang bermakna. Tanpa kebahagiaan hidup tak ada maknanya walaupaun bergelimang kemewahan dan kekuasaan.

Hindhu mengajarkan sifat kebahagiaan itu sudah ada di alam dan dalam diri yaitu Sivam. Tinggal menyelaraskan saja. Tinggal membuatkan jembatan. Tinggal menyambungkan kabelnya saja. Tinggal menekan tombol saklarnya. Yaitu Banten.

Banten pada awal mulanya pastilah sangat meditatif, murni, indah, suci dan sederhana. Penuh makna. Penuh kebahagiaan. Penuh bhakti. Sangat spirit dan indah. Tapi entah kenapa dalam perjalanannya sejarahnya Banten menjadi terlibat dalam berbagai upakara beraroma duniawi.

Sepertinya banten dalam sejarah perjalanannya mengalami banyak sekali revisi revisi. Pengaruh dan intervensi kelas kelas strata sosial masyarakat, terutama kelompok penguasa. Sehingga selama berabad abad perjalanan ritualnya secara tanpa disadari banten rupanya mengadopsi banyak muatan. Sehingga sepertinya Banten memasukkan Dhresta pada kurukulumnya. Sehingga ada Banten Utama, Madya dan Nista. Ini adalah urusan duniawi. Banten adalah urusan spirit yang sangat meditatif, sehingga yang ada hanyalah Banten utama. Sederhana, suci, bhakti, spirit dan meditatif.

Upakara dan upacara saat ini menjadi hiruk pikuk pesta pesta. Nilai Satyam, Sivam dan Sundaram sepertinya tenggelam, bahkan terkubur dalam dalam. Biaya Upacara dan Upakara begitu membengkak dan memberatkan pengikutnya. Apalagi dalam situsai beragamnya kebutuhan hidup saat ini, banten seakan menjadi beban. Tujuannya untuk meringankan tapi hasilnya memberatkan. Tidak jarang diikuti oleh pesta pesta dan pembunuhan hewah hewan. Bak perayaan menang perang. Sehingga hakekat Banten bukan lagi meringankan dan meriangkan hati, apalagi membebaskan pikiran

Banten bukan pameran status sosial, bukan parade kasta kasta. Banten adalah media penyatuan diri dengan keberadaan ( Sang Hyang Embang ). Banten adalah media persembahan. Banten adalah katalisator Satyam , Sivam, Sundaram antara di dalam diri dan di luar.

Hindhu adalah agama spiritual yang membumi, bukan agama bumi yang mengangkasa. Dia berjalan pada rel kebenaran realitas (Satyam), keindahan (Sundaram) dan kebahagiaan ( Siwam).






BALI

jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...