Friday, December 4, 2009
kematian itu indah ?
Seperti ayah saya, kakek saya seorang pendeta. Pada suatu pagi di usianya 95 tahun, beliau menanyakan “ Buin pidan Ida Bethara di Besakih nyineb? (kapan Bethara di Besakih Nyineb ?). Waktu itu ada upacara Bethara turun Kabeh. .
”Sane mangkin “ jawab anak cucunya. “ Nah yen keto jani bapa lakar mejalan” ( ya kalau begitu sekarang saya mau pulang ).
Semua orang saat itu belum mengerti apa maksudnya ?. Saat itu kondisi beliau masih fit masih sehat, masih setiap pagi melaksanakan Puja Nyurya Sewana di Merajan. Masih merokok kebiasaan beliau.
“ Nah baang bapa sumping abesik ngajak yeh “ ( nah berikanlah saya jajan sumping satu sama air ). Lalu beliau masuk kedalam dan duduk diatas tempat tidur. Setelah jajan dan air habis. Beliau memperbaiki bantal dan rebahan. Kita mengira beliau tidur. Tapi ternyata beliau telah pergi.
Wajahnya tampak ternyum lembut sekali. Senyuman ikhlas dan bahagia. Dan senyuman ini tetap bertahan sampai hari Perabuan jasad beliau, beberapa hari kemudian.
Sebagai dokter penulis telah menyaksikan ratusan kematian di depan mata, dan ratusan jasad yang lainnya. Tapi belum ada yang tersenyum.
Kematian bagi kita selama ini masih sama dengan faham Barat adalah suatu kecelakaan fatal yang menakutkan dan harus di hindari ( kata Anand Krisna ). Tapi bagi kakek saya kematian adalah perjalanan indah yang bisa di kehendaki kapan saja.
Kenapa kematian itu sepertinya indah ?
Terus terang saya belum mengerti rahasianya, belum mengerti Kesunyataan. Belum tahu tehnik OBE( Out of Body Escape), Mantram Kalepasan
(Saat itu sepertinya bagi kakek , seluruh universitas di dunia hanyalah taman kanak kanak belaka).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment