Tuesday, January 10, 2012
PIKIRAN MENGENDALIKAN PERASAAN
. Pikiran yang sadar dan terkendali dapat mengendalikan perasaan. Perasaan bagaikan semburan api atau gelombang laut yang muncul dan menghilang. Perasaan senang akan berada di antara 2 perasaan susah. Perasaan bagai gelombang. Gelombang memiliki satu puncak yang dibatasi oleh dua lembah. Makin tinggi puncak gelombang makin curam lembahnya. Perasaan itu berpasang pasangan dan bersifat berlawanan arah. Tenang dengan gelisah, suka dengan benci, gembira dengan sedih dan sebagainya. Makin bersorak kegembiraan maka makin menangis kesedihan sesudahnya. Makanya janganlah tertawa terbahak -bahak.
Perasaan itu bukanlah sebuah substansi yang nyata, perasaan membentuk gelombang gelombang semu yang hilang dan timbul dan bersifat relatif. Orang yang diberi uang 1 juta bisa senang sekali, senang saja, biasa saja bahkan ada yang sedih. Seorang pengemis di beri uang 1 juta bisa sangat senang, tapi seorang kaya raya diberi uang 1 juta bisa saja sedih.
Perasaan yang di timbulkan oleh pikiran yang bersih dan sadar adalah kasih. Kasih adalah cinta tak bersyarat. Mereka yang mencapai tataran damai ( Chantih) maka dalam dirinya banyak ada perasaan kasih bahkan hampir hanya ada kasih.
Menurut Suami Wiwekananda cinta dan kasih berbeda. Cinta ada 2 yaiu cinta positif adalah cinta yang mengarah keluar dari dirinya ( Sentrifugal). Cinta ini bukan untuk sesuatu keuntungan terhadap dirinya. Cinta ini masih tergantung pada persyaratan persyaratan tertentu, misalnya hanya kepada istri, anak, guru dan sebagainya. Tapi kasih adalah cinta positif tanpa syarat. Kasih adalah cinta kepada anak sendiri dan anak tetangga sama kuatnya.
Cinta negatif adalah cinta menuju kepada dirinya ( Sentrifetal). Cinta ini hanya untuk hal hal yang menguntungkan dirinya atau kelompoknya. Cinta ini tidak konstruktif, tidak produktif. Misalnya seseorang mencintai pasangannya sebagai obyek kesenangannya sendiri. Dia sangat mendikte pasangannya, dan marah kalau apa yang diinginkannya tak sesuai dengan keinginannya. Dia merasa pasangannya milik dirinya. Pasangannya harus menuruti kehendaknya, baik dalam cara berpakaian, berjalan berbicara dan sebagainya. Itu bukannlah cinta berdasarkan kasih. Itu adalah cinta negatif.
Perasaan itu bergelombang dan gelombangnya bisa ganas dan menghanyutkan kesadaran. Perasaan benci, marah dan sebagainya menjadi besar karena dipupuk dan dipelihara. Tak ada perasaan benci atau marah yang menjadi besar secara tiba tiba. Semua itu pada mulanya kecil saja, menjadi besar karena proses akumulasi. Dibiarkan berkembang, dipelihara dan dipupuk. Ketika seseorang benci atau marah kepada seseorang, dia tidak segera membunuh perasaan itu, malah membiarkan tetap ada dalam hatinya. Tetap hidup dan bertumbuh pelan pelan, bahkan mencari lagi data data atau bukti bukti untuk lebih memperkuat rasa marah atau bencinya. Ini sama saja dengan memupuk tanaman. Maka sampailah rasa benci atau marah itu mencapai puncak klimaknya sehingga tak terbendung lagi. Dan ini bisa berakibat fatal.
Menyimpan rasa marah, benci dan dendam adalah memberatkan diri sendiri. Ketika kita tak enak makan dan tak bisa tidur atau bekerja dengan tenang mengingat orang yang kita benci, maka apa terjadi pada orang yang kita benci ?. Orang tersebut mungkin saja makan enak, tidur enak dan bercanda ria dengan sanak keluarganya. Sementara kita menderita kesusahan yang kita pelihara sendiri. Secara kedokteran ini tak bagus. Karena tubuh kita akan menderita paparan zat zat perusak tubuh, seperti Adrenalin , Epinephrin dan Non Epinephrin yang dapat mengacaukan metabolisme dan melepaskan banyak zat radikal bebas yang akan merusak kesehatan sel sel dinding pembuluh darah.( sel Endhotel)
Maka kenalilah perasaan perasaan negatif kita sejak dini dan padamkanlah seawal mungkin, demi kesehatan kita. Bukan untuk siapa siapa. Perasaan damai ( Canthih) yang menyelimuti seluruh tubuh akan membuat sel sel tubuh kita selalu bening, tenang bekerja dan sehat.
Pikiran kitalah yang menciptakan dan memupuk rasa rasa itu. Oleh karena itu sadarilah untuk tetap mengendalikan pikiran dengan kecerdasan hati agar dapat menguasai persaan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment