Saat itu senja menjelang malam.
Setelah sedikit mengerti bahwa keabadian itu tanpa bentuk
dan tanpa sifat, Entah kenapa Tuli ingin mempertanyakan tentang keluasan alam
semesta kepada Butha. Rupanya ia tidak sabar lagi. Kali ini ia ingin segera berlari, cepat cepat meninggalkan rasa
sepi dan kesepian yang semakin
berkerumun riuh di sekitar
gubuknya. Rasanya tanpa Butha kesepian
terasa semakin mewujud di depan mata dan hatinya.
Bulan purnama seperti sedang terluka dan merintih oleh
tusukan tusukan runcing ilalang
saat tersembul dan mencoba
merangkak menaiki lereng bukit timur. Cahayanya yang
kuning pucat memelas bagaikan wajah
gadis dua belas tahunan yang sedang kedatangan menstruasi untuk pertama kali.
Burung burung kelabu yang bertengger di dahan sudah sigap
sejak tadi melipat leher lalu memasukkan kepala yang berat oleh rasa kantuk di
salah satu kepitan sayapnya. Tertidur lelap.
Sementara kegelapan malam bagaikan gelombang ganas Tsunami, segera
menenggelamkan desa desa dalam kegelapan dengan kecepatan rambat melebihi
kecepatan pesawat supersonik. Semua itu
demi membuat bulan semakin cantik dan anggun, jernih di tengah kelamnya gulita
langit dan bumi.
Tuli …,hanyalah
sesosok danging dan tulang yang sarat dengan tanda tanya , terseok seok
di rimbun semak semak malam. Butha sudah menyelesaikan makan malamnya dua jam
lalu. Duduk di serambi mencoba merasakan
kehangatan cahaya rembulan yang menembus jejaring neuron neuronnya yang lebat
di Neocorteknya, yang akan
membangkitkan badai endorphin dan
serotonin. Itu akan membuat puluhan trilliun sel selnya menari berdendang
ria.
Tuli merasa kepalanya penuh dengan aliran darah dan
oksigen, melihat dari jauh masih ada onggokan
seorang Butha di serambi.
Tuli :” Butha.....selamat malam....” Tuli mencoba
melonggarkan kerongkongannya yang seharian di sumbat oleh tanda tanya. “
Sepertinya malam ini alam sedang menampilkan sebuah panggung yang begitu
indahnya. Semua atom atomnya sedang
diposisikan tepat sedemikian rupa, merajut anyaman anyaman nada simphoni
jiwa penuh warna. Udara seakan berpendar
pendar bagaikan getaran getaran senar harpa seorang Olafur Eliasson yang
membuat seorang Tagorepun akan hanyut
disini “.
Butha :” Hmmm.....kau benar, aku sejak tadi duduk disini,
menghangatkan jiwa dalam pelukan alam. Ketulusannya melebihi sejuta ibu sejati. Lalu …... kedatanganmu ….bagaikan secangkir samphagne melengkapi perayaan pesta”.
Tuli :” Trimakasih Butha....aku ingin mendengar darimu mengenai
alam ini. Berapa sebenarnya luasnya ?“.
Butha :” Nikmati dan jalani saja....buat apa mencoba
menghitung luasnya ? Karena luasnya tidak terketahui “.
Tuli :” Ya … semasih kita terjebak kedalam materi empat
dimensi seperti sekarang, berada dalam sebuah badan darah, daging dan tulang,
kenapa kita tidak melewatkan waktu dengan berbincang bincang kosong. “
Butha :”... Boleh.... tapi jangan terlalu serius...Kalau
serius kamu akan menggenggam sebagian
kecil dan melepas sebagaian besar. Tapi kalau santai kamu menggenggam sebagian
besar dan melepas sebagian kecil. “
Tuli :” ..Kenapa begitu …?”
Butha :”.. Ya .. kalau kamu serius...kamu menukik tajam
hanya pada sebuah pengetahuan, tapi kalau santai maka banyak pengetahuan
berdatangan padamu”.
Tuli:”...????”.
Butha :” Tuli.... alam semesta ini mulai tercipta sekitar
13 milliar tahun yang lalu. Bermula dari sebuah bentukan dua dimensi beberapa
cm saja. Lalu terjadi ledakan yang
disebut Big Bang. Membuat masa ini
menjadi bentukan 3 dimensi, maka terbentuklah ruang yang terus mengembang
dengan kecepatan lebih dari 600 000 km perdetik.. Setelah terbentuk ruang maka
terdapatlah waktu, sehingga menjadi 4 dimensi.
Setelah 3000 tahun kemudian terbentuklah partikel partikel cahaya,
sehingga ruang menjadi terang benderang yang mana sebelumnya gelap gulita.
Setelah itu terbentuklah atom atom, molekul molekul. Singkat cerita Galaksi galaksi, bintang
bintang dan planet planet. Diameter alam semesta ini di perkirakan 93 milliar
tahun cahaya. “
“Ada sekitar 200 milliar galaksi di dalamnya. Galaksi
terbesar namanya Giant Galaksi berisi satu trilliun bintang, dan galaksi
terkecil namanya Dwarf Galaksi berisi sekitar 10 juta bintang. Galaksi tempat
kita berada namanya Galaksi Milky Way berisi sekitar 100 milliar bintang. Salah
satu bintangnya namanya Matahari. Setiap
bintang di alam semesta paling sedikit mempunyai satu planet yang mengitarinya.
Bumi adalah salah satu planet dari bintang Matahari. Maka Bumi lebih kecil dari setitik debu di
alam semesta.”
Diameter galaksi
Milky Way kita sekitar 1000 abad cahaya.
Bandingkan dengan jarak Bumi Matahari yang hanya 9 menit cahaya yaitu 150
juta km. Bima sakti adalah salah satu galaksi tetangga kita yang
berjarak 2 juta tahun cahaya antara kedua tepinya”.
Tuli :” ..??? jadi betapa tidak berartinya kita ?”.
Butha :” Ha...ha..... Justru kita paling berarti, makanya
alam menghadirkan kita untuk memberi
arti. Tanpa kita alam tak akan berarti “.
Tuli:” … ??? Ini
baru hanya satu universe atau
sebuah alam semesta 4 dimensi. Berapakah
jumlah alam semesta seperti ini dan
berapa jumlah dimensi alam ?”.
Butha :” Ledakan Big Bang menghasilkan radiasi, cahaya
radiasinya masih tersisa sampai sekarang. Itulah yang ditasah oleh para ahli
untuk menentukan usia dan diameter alam semesta ini. Para ahli belum mengetahui
apa yang ada diluar sana/di luar Universe, karena sisa radiasi dari Big Bang
yang lain tak tertasah sampai kesini. Tetapi besar kemungkinan Big Bang tak
hanya satu saja”.
“ Mengenai jumlah dimensi alam, Albert Einstein pernah
mengatakan the are another dimention. Dia meramalkan suatu saat para fisikawan
akan menemukan dimensi ruang yang ke empat. Einstein keburu berpulang kepada
sirkuit evolusinya sebelum menemukan dimensi ruang yang ke empat. Tetapi para
ahli atom menduga ada 10 dimensi ruang,
7 dimensi ini menggulung dan hanya 3 dimensi ruang yang eksis.”
“ Tetapi baru baru ini seorang fisikawan Amerika yang
dikagumi oleh Steven Haucking bernama
Dick Feynman menghitung jumlah dimensi alam berdasarkan perhitungan matematis
dari penjumlahan persejarahan quantum, mendapatkan hasil bahwa dimensi alam
berjumlah sekitar 10 pangkat 150 dimensi alam. Bandingkan dengan jumlah atom
yang menyusun Bumi hanya 10 pangkat 50 atom.
Sedangkan Maha Rsi Patanjali seorang yang melahirkan ilmu
pengetahuan yoga 3000 tahun yang lalu mengatakan alam ini Aprameam, yang
berarti coun'tless dimention. Jadi alam ini Achintya, tak terpikirkan. Maka
berbagialah kamu Tuli..... Sebab kalau alam terpikrkan berarti ia terbatas dan
dirimupun terbatas. Dirimu adalah perwujudan dari alam yang tak terbatas,
betapapun beratnya invaliditas dirimu dilahirkan. Oleh karena itu kamu harus tetap menghargai
setinggi tinginya berapun beratnya cacat seseorang dilahirkan. Dan kamu harus
selalu berbahagia akan hal itu...”
Malam semakin kukuh dan tegar mencengkram setiap molekul,
Tuli merasakan hanyut dalam keheningan
dan semua kemampuan bertanyanya
telah mati.