jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...

Sunday, November 30, 2008

Rahasia Sesungguhnya Dibalik "Mebrata"

Tuhan harus dicari didalam diri, menyelamlah didalam kedalaman diri. Tuhan ada dilapisan yang paling dalam didalam diri.

http://myunusw.files.wordpress.com/2008/05/kundaliniyoga.jpg

Semeton krama Bali jaman dulu selalu rajin melaksanakan tapa brata atau puasa menjelang hari-hari suci. Keesokan harinya pada hari H, pagi-pagi sekali sebelum matahari muncul diufuk timur, ramai-ramai pergi kemuara sungai dilaut mencari tempat air sungai bercampur dengan air laut, lalu mandi dan berkeramas membersihkan diri.( Banyu Pinaruh) Kemudian melakukan upacara persembahyangan bersama dalam keluarga masing-masing. Setelah itu barulah nunas lungsuran atau menyantap makanan.

Segaris aktivitas yang tampaknya sederhana dan sepele akan tetapi sekaligus meraih 4 kekuatan dan 3 peningkatan kecerdasan. Yang pertama, berpuasa atau latihan tapa brata akan meningkatkan kecerdasan emosional atau EQ ( emosional Question), menyebabkan tidak gampang marah, tidak gampang tergoda, menjadi lebih sabar dan menjadi tidak manusia gampangan. Menjadi kuat dan teguh, karena kesabaran akan meningkatkan ketinggian martabat kemanusiaan.

Yang ke dua, menciptakan suasana rukun, kebersamaan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Nilai-nilai ini tidak bisa dibeli dengan harga berapapun dan tidak akan ada perusahaan atau pasar yang bisa menjualnya, juga tidak ada sekolah formal yang mampu memberikannya.

Semua ini akan melebarkan vibrasi zone Pawongan yang akan mengembang dalam areal gaib tubuh manusia. Yang ketiga setelah dengan kesabaran tinggi menahan rasa lapar dan bicara, terakhir barulah nunas layuban atau lungsuran saking Ida Bethara( Hyang Widhi). Berarti kita akan terdidik untuk sadar bahwa semua yang ada ini adalah milik Beliau Sang Maha Penguasa , Sang Maha Digjaya. Makanya kalau semeton krama Bali akan minta ijin untuk makan, ia akan berkata ampurayang tityang jagi nunas dumun atau tityang jagi ngelungsur ( saya mau makan). Betapa dekatnya semeton krama Bali jaman dulu dengan Tuhan, setiap akan makan semeton krama Bali selalu meminta ijin kepada Tuhan terlebih dahulu. Pendidikan ini akan meningkatkan spiritual question ( SQ ) atau kecerdasan keTuhanan. Kecerdasan ini tidak bisa diukur dengan hanya dari kata-kata atau sikap saja, tetapi dapatkah semeton merasakan getaran kesadaran dibalik kata-kata atau perbuatan tersebut. Kebahagiaan, ketenangan, keyakinan, keabadian dibalik dibalik kata –kata, dibalik perbuatan bhakti Kemampuan untuk mengalami hal tersebut itulah kecerdasan spiritual. Spiritual untuk dialami dan dirasakan , katanya itulah tujuan kenapa roh dilahirkan. Spiritual bukan membaca dan menghafal buku-buku agama , bukan berkhotbah banyak banyak. Spritual untuk dilaksanakan dan merasakan sendiri manisnya. Bagaimanapun pandainya anda menerangkan tentang buah apel, bagaimanapun ekspertnya anda tentang buah apel, tapi kalau tidak pernah memakan buah apel anda sebenarnya tidak tahu sama sekali yang namanya buah apel. Laksanakanlah tanpa banyak berpikir. Berpikir menyebabkan anda menjadi takut, tidak iklas dan ragu ragu. Kemajuan yang dicapai oleh manusia sekarang berasal dari memeras segala kemampuan berfikir. Dan semua itu dipicu oleh rasa takut. Berfikir seolah olah merupakan senjata pada manusia untuk melindungi diri dan bertahan dibumi dimana tidak dimiliki oleh binatang. Tetapi jika berfikir itu terus diekploitasi secara berlebihan akan melahirkan rasa takut yang berlebihan dan beraneka ragam rasa takut yang menyebabkan manusia dapat merusak lingkungannya bahkan membahayakan sesamanya. Dan dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat dampaknya. Oleh karena itu laksanakanlah kebajikan tanpa banyak berpikir, karena itulah yang namanya kasih. Semeton krama Bali menyebut ”Anak Mula Keto ” Yadnya itu untuk dilaksanakan, tidak untuk dipikirkan untung ruginya. Apalagi untuk diperdebatkan. Yadnya sebuah pembelajaran kepada kita untuk menghilangkan rasa takut, keikhlasan dan kasih seperti apa yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya. Terlebih lagi bahwa alam semesta ini diciptakan dengan Yadnya , dengan Kasih oleh Hyang Widhi.

Yang keempat, memakan lungsuran atau makanan yang telah direstuiNYA atau disinariNYA akan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Jika kita membiasakan diri secara konsisten bahwa sebelum menyantap makanan kita berdoa lebih dahulu , katakan Inggih Ida Hyang Widhi sane suciang titiyang, saking lugran Ida titiang nunas paican Ida, dumugi titiang seger oger. Maka percaya atau tidak makanan tersebut akan menyehatkan semeton, disamping itu semeton akan memiliki kepekaan terhadap makanan.

Makanan tertentu yang tidak bermanfaat bagi tubuh semeton lama –lama pasti akan ditolak oleh tubuh sameton seperti daging aneh-aneh, bumbu aneh-aneh. Apalagi alcohol dan narkoba. Rasa bakthi itu akan menyebabkan tubuh semeton merespon positip terhadap makanan, menyeleksi dan tidak mengubahnya menjadi suatu penyakit. Tidak mengubahnya menjadi kanker. Karena seluruh system kerja DNA dalam sel-sel tubuh kita dikontrol oleh Prahyangan, oleh Paramaatman oleh Brahman. Bila system kontrol ini tidak dikenali, tidak diaktifkan maka sel-sel tubuh kita akan bekerja sendiri-sendiri dengan tingkat kesalahan yang tinggi. Merasakan nunas lungsuran setiap hari menyebabkan seluruh system neurohormonal dan enzymatik akan bekerja secara sinergi , harmonis dan effisien. Setiap sel memiliki kapasitas menghasilkan lebih dari 4000 jenis enzyme dan baru diketemukan sebagian kecil saja. Sedangkan jumlah sel kita lebih dari 50 trilliun. Dapatkah semeton menjamin tidak ada kesalahan. Sekalipun setiap sel dapat mengenali kesalahannya dan dapat memperbaiki. Tetapi kesalahan yang terlanjur bertubi-tubi akan memanifestasikan penyakit. Siapakah yang mampu mengontrol semua ini. Berserah diri kepada Yang Maha Digjaya karena beliau pemegang kontrolnya. Semeton krama Bali sungguh luar biasa !. Semeton krama Bali sudah mengorbit garis edar yang tepat. Inilah konsep sehat semeton krama Bali.

Akan tetapi jika makanan dijejalkan begitu saja pada tubuh semeton hanya karena menginginkan kenikmatan semata dan pastilah lupa untuk meminta ijin kepada Hyang Maha Pemilik, maka tubuh semeton seperti dipaksa untuk menerima semua makanan tersebut. Makanan itu akan mengakibatkan polusi di areal Palemahan tubuh semeton yang lama kelamaan akan tertimbun sebagai penyakit. Sehingga terjadi tingkat kesalahan kerja sel yang tinggi. Asupan energy yang berlebihan akan menimbulkan sampah metabolisme yang berlebihan yang akan menyebabkan kerusakan DNA ( DNA damage). Sebuah sel mempunyai kesempatan membelah diri sebanyak 50 kali selama hidupnya,. Asupan energy berlebihan akan mempercepat ritme pembelahan tersebut sehingga proses ketuaan, penyakit dan kematian akan cepat datangnya.( aging process theory). Sekarang banyak anak-anak dijejali makanan oleh orang tuanya begitu saja karena tidak sempat ngurus atau karena kecemasan sosial ( high social pressure) atau takut sakit atau termakan oleh bisikan iklan di Televisi atau dan lain-lain, sehingga anak tersebut menjadi tambun seperti karung beras dan dokter mendiagnosis sebagai malnutrisi ( salah nutrisi ).

Sekarang tampaknya anak-anak jarang diajarkan metapa brata. Semeton krama Bali jaman dulu mengajarkan anaknya melakukan tapa brata, bukan karena Bali jaman dulu kurang makmur tetapi anak-anak rajapun melakukan tapa brata. Apakah anak raja kurang makan ?. Jadi dengan menyadari bahwa makanan itu pemberian Hyang Widhi maka makanan tersebut menjadi menyehatkan, tertakar serta terseleksi secara sendirinya ( secara otomatis). Mebrata akan menyehatkan dan memperpanjang usia. Mebrata secara konsiten, teratur dan berkala pada hari –hari tertentu lebih baik dari pada mebrata secara marathon tapi tidak konsiten.

Semeton krama Bali sudah lama mengetahui rahasia ini. Semeton krama Bali makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Lihatlah kalau ibu sehabis memasak didapur maka beliau akan membuat jotan ( Yadnya Cesa), yaitu pertama makanan tersebut harus dibagikan dulu kepada mahluk lain selain manusia baik yang tampak maupun yang gaib. Karena manusia tidak boleh serakah. Karena manusia sebenarnya bukan pemilik makanan apapun. Sesudah langkah proses itu selesai barulah boleh makan bersama. Sikap hidup seperti ini menyebabkan semeton krama Bali selalu ingat bahwa mahluk lain selain manusia juga adalah ciptaan Hyang Widhi. Sama –sama menjalani kehidupan. Sama-sama mengabdi. Sama-sama ngayah.

Ada yang mengatakan ini tidak logis, tidak masuk akal, terlalu di buat-buat. Jawabannya memang tidak logis dan pasti tidak logis. Karena logis atau tidak logis adalah produk pikiran, produk neo cortex, produk intlegensi. Tetapi ini adalah pendidikan pengembangan rasa, pengembangan kesadaran, pengembangan kecerdasan emosi dan spiritual. Dapatkah semeton menjawab dengan otak kenapa sameton terdampar di planet ini, planet Bumi yang hanya setitik debu di galaxy Bima sakti ?. Siapa arsiteknya dibalik semua itu ?.

Semua makanan berasal dari tanah. Buah diambil oleh pohon dari zat di dalam tanah. Pohon adalah perangkat bionic super canggih, mampu merubah tanah menjadi buah. Sampai kapanpun manusia tidak akan mampu membuat mesin yang merubah tanah menjadi buah. Begitu pula daging sapi, daging kambing, daging kerbau berasal dari rumput. Rumput berasal dari tanah. Rumput akan dirubah menjadi susu oleh sapi dalam hitungan jam dan dirubah menjadi daging dalam hitungan hari.

Tada bedanya air. Air adalah zat cair yang selalu murni. Walaupun air dapat melarutkan berbagai zat lain, akan tetapi air tidak melekat kedalam zat. Air yang kita minum sudah berada di planet Bumi ini sejak jutaan tahun silam, jumlah air tersebut tetap sama dari sejak dulu. Air tersebut sudah mengalami siklus perjalanan yang sangat panjang. Pernah menjadi air buah, air kencing kuda, air hujan, air bah, bahkan pernah menjadi air bangkai sekalipun akan tetapi keadaan air tersebut tetaplah murni adanya. Matahari akan menguapkan air disiang hari, memisahkannya dengan berbagai zat yang melarut didalamnya, lalu menjadi air hujan dan kembali terserap kedalam tanah menjadi mata air. Begitulah alam telah mengatur kemurnian air untuk kehidupan mahluk di Bumi.

Begitu pula udara yang kita hirup setiap hari, adalah suatu gas yang dihirup dan dihembuskan juga oleh mahluk-mahluk lainnya diatas permukaan Bumi. Udara yang sama yang juga dikentutkan oleh hewan-hewan lainnya. Demikian fisik kita bergabung dan berbagi hidup bersama dengan semua mahluk lainnya dalam suatu ekosistem yang senasib sepenanggungan. Kesadaran ini menyebabkan semeton krama Bali melaksanakan Yadnya Cesa.

Kita tidak mungkin bertahan begitu lama di planet ini, paling lama seratus tahun. Kita hanya singgah saja di planet ini untuk menemukan sang jati diri ( Pawongan ) dan menikmati kebahagiaan ( Prahyangan) bukan untuk memiliki dunia ( Palemahan).

Masih banyak lagi aktivitas semeton krama Bali yang mencerminkan pendidikan emosi dan spiritual untuk meciptakan manusia yang utuh dan lengkap yaitu manusia yang memiliki kecerdasan intlektual tinggi, memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Suatu ciri manusia sempurna semeton krama Bali adalah selalu berorientasi pada Prahyangan, menjalankan, melakoni nilai-nilai mulia Pawongan dan tidak memiliki keterikatan yang melekat pada Palemahan.

Berbaur dengan budaya dan tehnologi mancanegara mudah-mudahan tidak menyebabkan abrasi pada zone Pawongan dan Zone Prahyangan semeton krama Bali.

No comments:

jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...