Senja menumpahkan tujuh warna di lengkung langit barat.
Galaxy ini memang penuh pertunjukan.
Sangat indah.
Obyek akan murni pabila saat memandang, kita biarkan
obyek tersebut melenggang begitu saja kedalam pancaindra kita tanpa diganggu
oleh pikiran. Dengan tanpa mencoba memikirkannya, tanpa mengomentarinya, tanpa
mengulasnya dan tanpa membandingkannya, maka suatu obyek akan menampilkan
kesejatiannya yang mengagumkan. Kalau pikiran kita aktif saat menikmati suatu
obyek maka sejatinya kita sedang menikmati pikiran kita sendiri, bukan obyek di
depannya.
Wajah dan makna alam seutuhnya akan tampil apa adanya di depan sebuah kepolosan yang apa adanya
juga. Seperti wajah anda akan jelas di cermin yang bersih jernih, tanpa goresan, tanpa kotoran.
Begitulah adanya. Pandanglah alam tanpa pikiran sama sekali, sekalipun hanya
komentar kecil dalam hati akan
dapat mengganggu keberadaan
kesejatiannya, karena telah terdistorsi.
Kali ini Tuli dan Butha duduk di pematang sawah bukan
untuk sepenuhnya menikmati langit senja, tapi sedang berbincang mengenai ilmu
pengetahuan. Sambil mengoyang goyangkan kakinya, sembari kulit telapak kakinya
menggesek gesek ujung ujung tanaman
padi yang masih hijau, kedua bibirnya
menjepit sebatang rumput, Tuli menoleh pada Butha dan bertanya.
Tuli :” Butha ….
menurutmu apakah ilmu pengetahuan itu ?”.
Butha :” Ha...ha... koko tumben kamu menjadi seorang
akademisi ..?”.
Butha :” Ilmu pengetahuan adalah alam ini. Ilmu
pengetahuan bukanlah hanya meliputi apa yang sudah diketahui, tapi juga apa yang
belum diketahui, apa yang akan diketahui
dan apa yang tidak akan pernah diketahui.
Ilmu pengetahuan berlimpah di alam ini, kita bagaikan
ikan yang hidup dan berenang di lautan pengetahuan. Simbul
agama Hindhu untuk ilmu pengetahuan adalah Dewi Saraswati. Saras artinya
terus mengalir tanpa henti. Wati artinya Wedha, artinya ilmu pengetahuan. Jadi
ilmu pengetahuan di alam ini terus mengalir tanpa henti, tak berawal dan tak
berakhir.
Jika kamu memungut segenggam pasir, kamu bisa mendapatkan
ilmu pengetahuan dari padanya , pabila kamu menyelidiki pasir tersebut sampai
sedalam dalamnya. Juga jika kamu memetik sekuntum bunga perdu, padanya melekat
banyak ilmu pengetahuan, pabila kamu menelaah perdu tersebut semakin dalam.
Sekarang tergantung pada kita, mau belajar apa nggak... ?. Apapun bisa menjadi
ilmu pengetahuan tergantung dirimu “.
Tuli :” Maksudnya ...ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
belum diketahui..itu bagaimana ?”.
Butha :” Alam ini
dan dirimu penuh ilmu pengetahuan, sebagian besar masih terdiam menunggu
untuk diketahui, untuk disingkap dan diangkat kepermukaan sebagai ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu disebut penemuan.
Bukan penciptaan. Jadi semua ilmu pengetahuan lahir seperti itu,
makanya ilmu pengetahuan itu bersifat dinamis. Ilmu pengetahuan itu ada dalam
alam pikiran, tertidur panjang. Alam luar hanya memberikan wangsit untuk membangunkannya .
Newton memungut theori Gravitasi bukanlah di bawah pohon apel, tapi dari alam
pikirannya. Pohon apel hanya memberi wangsit. Jadi sebelum Newton lahir hukum
gravitasi itu sudah ada di alam, Newtonlah
hanya menemukan dan memungut dari
alam pikiran “.
Tuli:” Oooo...ya, tapi...apakah semua..ilmu pengetahuan
itu penting ?”.
Butha :” Semesta ini
tercipta dari ilmu pengetahuan, di bangun dari bahan bahan ilmu
pengetahuan, tersusun oleh ilmu pengetahuan, terdiri dari ilmu pengetahuan
dan memang seutuhnya adalah ilmu pengetahuan.
Tidak ada yang tidak ilmu pengetahuan, tidak ada istilah
ilmiah dan tidak ilmiah. Semua ilmiah. Tergantung kemampuan seseorang mengilmiahkan.
Semua ilmu pengetahuan berguna. Kemampuan untuk memilah milah mana ilmu
pengetahuan yang urgen untuk berguna saat ini dan mana yang belum, itu disebut Kebijaksanaan. Dan mengabdikan
ilmu pengetahuan yang berguna untuk
kemanusiaan itu disebut Kebajikan”.
Tuli :” Dengan cara
apakah Ilmu pengetahuan seperti
itu bisa didapat ?”.
Butha :” Dengan cara melihat dan mengamati atau mengalami secara langsung, dengan cara mendengarkan
dari para pakar atau guru atau membaca tulisan pengalaman para pakar, dengan
cara memikirkan, menganalisa dan
merenungkannya sendiri. Tapi tidak semua
ilmu pengetahuan bisa ditangkap orang atau tidak semua orang bisa menangkap
ilmu pengetahuan. Hanya mereka yang telah siap untuk membuka hati dan
pikirannya untuk menangkap ilmu pengetahuan. Kelompok orang orang ini disebut
para terpelajar, adalah orang orang yang siap dan mampu menangkap wangsit alam.
Setiap detik alam memberimu wangsit, tapi apakah kamu akan bangun dan sadar,
itu belum tentu. Tidak harus kamu mempunyai guru atau buku atau sekolahan untuk
menjadi terpelajar. Anthoni Van Leuwenhook
penemu mikroskoop bukanlah seorang
sarjana. Dia hanya buruh yang bekerja di sebuah toko kaca lensa di Inggris.
…... dsbnya. Tapi dia menangkap wangsit alam dan dia terbangun dari tidurnya. Dia sadar karena memang dia membuka pikiran dan hati
terhadap ilmu pengetahuan. Dia salah satu contoh orang yang terpelajar,
disamping banyak yang lainnya “.
Tuli :” Aaah ..kalau begitu, bagaimana dengan para orang
yang bergelar sarjana, apakah mereka bukan orang terpelajar ?”.
Butha :” Secara resmi mereka orang sekolahan.
Sekelompok orang yang telah mendapat
kesempatan mendengar, menyaksikan, membaca ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan orang lain. Sekarang tergantung selanjutnya apakah mereka akan
mengembangkan ilmu pengetahuan itu dengan penemuan penemuan yang baru. Maksudnya
apakah pikiran dan hatinya sudah terbuka
untuk menangkap wangsit alam ?. Kalau tidak maka mereka hanyalah pekerja
biasa atau korban saja dari
sebuah industri pendidikan. Mereka bukan termasuk kelompok terpelajar “.
Tuli :” Lalu …. apakah kunci sukses sebuah lembaga pendidikan
?. Berhasil membuka hati dan pikiran
siswanya untuk menangkap wangsit alam ?, alias menjadi penemu penemu baru ilmu
pengetahuan ?”.
Butha :” Sebenarnya ..ya. Tapi tak semua orang memiliki
gen gen yang bisa dibangunkan untuk menangkap wangsit alam. Sebagian besar
hanya bisa menjadi pengguna rutin ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari hari, alias pekerja”.
Tuli:” seperti
yang kau bilang, apakah benar ada ilmu pengetahuan yang tidak akan pernah
diketahui ?”.
Butha :” Ha...ha... jelas... Bahwa kapasitas alam pikiran
manusia dan otak manusia terbatas,
sedangkan alam ini sebagai gudang pengetahuan tak terbatas .Alam empat dimensi
saja tak terbatas apalagi alam dimensi dimensi yang lebih tinggi”.
Matahari sudah tenggelam sepenuhnya, gelappun merayap rendah di setiap permukaan. Tuli tak
lagi bisa dengan jelas melihat wajah Butha dari
dekat. Tuli menuntun Butha pulang ke gubugnya.