jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...

Sunday, March 3, 2013

KEKERASAN GENDER

Pernah ada penelitian di Bali yang mendapatkan kadar Hb anak SD perempuan lebih rendah dari pada anak laki. Begitu pula jumlah anak perempuan putus sekolah lebih banyak dari pada anak laki karena harus bekerja untuk keluarga. Status gizi berpengaruh terhadap kwalitas kehamilan dan persalinannya dan juga kwalitas luaran hasil reproduksinya kelak. Ketika pasangan suami istri tak segera bisa hamil maka yang pertama dituding mandul adalah sang istri, padahal belum tentu. Ketika seorang istri tak mampu memberikan anak laki maka ada kemungkinan suami kawin lagi, padahal yang menentukan jenis kelamin anak dominan sang suami. Seorang ibu usia 40 tahun tak diijinkan ber Kb oleh suami karena di harapkan hamil lagi untuk melahirkan anak ke empat padahal si ibu sudah berisiko tinggi. Seorang ibu muda diburu dan ditangkap polisi karena membuang bayinya, padahal ia baru saja berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya. Sedangkan kesehatan reproduksi wanita akan pulih seutuhnya dalam jangka waktu 6 bulan pasca salin dan itupun kalau mendapat asuhan, perawatan dan perhatian yang sepatutnya. Belum lagi selama 9 bulan mengandung menderita stres tekanan bathin karena pacarnya kabur. Semestinya ibu muda terebut mendapat asuhan dan perawatan kehamilan optimal. Kekurangan asupan nutrisi serta kekacauan psikis akan mengganggu sistem hormonal, enzyme dan metaboliknya sehingga hal ini dapat menimbulkan distorsi distorsi pada potensi potensi pertumbuhan dan perkembangan si cabang bayi baik fisik maupun non fisik. Beberapa kajian ilmiah telah membuktikan dampak ini akan membekas hingga anak itu dewasa. Sudah pasti anak ini tak mendapat ASI dan dekapan kasih sayang ibunya, ditambah lagi dengan masa depannya yang suram karena anak tak sah ini sudah tertutup kemungkinannya untuk dapat meraih puncak puncak tertinggi dari seluruh potensi yang dimilikinya. Lain lagi gadis gadis yang mencoba menggagalkan kehamilannya dengan cara caranya sendiri yang ngawur dan berbahaya ataupun mencari pertolongan tenaga non medis yang tidak profesional dengan segala dampak buruk jangka panjang terhadap kesehatan reproduksinya, seperti kemandulan dan nyeri panggul kronis. Sementara beberapa ibu ibu bergulat melawan kanker leher rahim yang ganas dan sebagian lagi ibu ibu hamil pasrah setelah terdeteksi mengidap virus HIV/ AIDS. Dan juga angka kematian ibu serta angka kematian bayi baru lahir erat kaitannya dengan dukungan, perhatian dan kepedulian suami, lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya disamping tentu adanya tenaga pendamping pengasuh kehamilan dan persalinan yang kompeten serta fasilitas yang memadai yamg semuanya berada dalam kerangka kepatuhan system yang terorganisir dengan rapi. Apakah semua ini bagian dari kekerasan gender ? Dapatkah seorang ibu dengan damai membesarkan kehamilan dan dengan damai pula melahirkan dan memelihara anaknya tanpa seorang suami yang sah ? Jika masyarakat mampu menghormati seorang ibu memelihara anaknya sendiri maka hasilnya belum tentu lebih buruk dari pada ia diharuskan didampingi oleh suami yang sah. Tentu hal ini adalah tolok ukur kesetaraan gender yang paling ekstrim dan semua pasti menolaknya karena tak sesuai dengan budaya kita. Lalu dari manakah kekerasan gender itu berasal ? Secara biologis sel spermatozoa calon anak laki lebih lemah, rapuh dan mudah mati dibandingkan sel spermatozoa calon anak perempuan. Apakah kekerasan gender merupakan refleksi alami dari konpensasi para lelaki unuk menutupi kelemahannya terhadap perempuan ? Seorang ibu berani mati berkalang tanah demi untuk melindungi anaknya dimana untuk hal yang satu ini tidak semua ayah mampu melakukannya. Peradaban demi peradaban berlalu mengajarkan agar laki laki menjadi kuat untuk melindungi keluarga dan komunitasnya, sehingga para lelaki selalu ingin menunjukkan kekuatannya di depan lawan jenisnya. Akan tetapi demontrasi ini menjadi salah arah menjelma sebagai bentuk kekuasaan baik kekuasaan fisik, kekuasaan ekonomi, kedudukan dan hak di dalam keluarga yang kadang memicu KDRT secara nyata ataupun terselubung. Ketimpangan ini semakin nyata ketika dituangkan dalam aturan sosial, adat maupun hukum yang sebagian besar berpihak pada kaum lelaki karena memang hampir seluruhnya dibuat oleh kaum lelaki. Sudut pandang Hindhu terhadap gender. Dalam Wedha tertulis bahwa pada setiap bentuk kehidupan bersemayam sesuatu yang sangat mulia nan agung yang bernama Atman. Semangat ini melahirkan spirit Tat Twam Asi “ Aku adalah Dia dan Dia adalah Aku” . Inilah nukleus dari roh demokrasi, penghormatan dan penghargaan yang layak terhadap sesama tanpa membedakan usia ,jenis kelamin, suku, agama dan ras. Mungkin kekerasan gender adalah bentuk kegagalan menegakkan demokrasi yang bermula pada unit keluarga. Sedangkan Epos besar Maha Bharata telah menerima dengan baik tiga anak Kunthi yaitu Darmawangsa, Bima dan Arjuna walaupun mereka bukan anak biologis dari suaminya yang sah yaitu Maharaja Pandhu. Epos besar ini juga telah menerima si kembar Nakula dan Sahadewa secara terhormat walaupun ibunya Dewi Madri menghamilkan dan melahirkannya beberapa tahun setelah ayahandanya tiada. Tetapi Epos ini juga telah menghukum Maha Rishi Bisma karena telah melecehkan Dewi Amba, Bisma satria gagah perkasa tak tertandingi, gugur di medan Kuru Ksetra oleh tangan tangan Sri Kandi yang nota bene adalah jelmaan Dewi Amba Hukum Trilogi Karma. Energy kekerasan baik yang berasal dari pikiran, perkataan maupun perbuatan akan disimpan oleh alam semesta dan energy ini akan dikembalikan kepada sumbernya pada saat yang tepat sebagai Momentum Karma. Hukum Tri Logi kekelan energy ini bersifat linier dan vertikal, bermula menetes dari alam pikiran lalu mengkristal diruang kosakata dan kemudian terproyeksi di lembah perbuatan nyata. Energy balik dari ketiga sumber ini, dipercayai sangat menentukan Rancangan Agung (Grand Design) performa performa wujud reinkarnasi di kemudian. Dengan demikian manusia sebenarnya berdiri bebas sebagai the core of creator. Lalu kenapa harus memilih kekerasan ? Sementara kita tahu kekerasan tak pernah mampu mengobati kehidupan, tapi kasih sayang, perhatian, pelayanan dan penghargaan akan menyembuhkan kemanusiaan Ruang evolusi . Hindhu sudah jelas mengatakan alam semesta ini adalah sebuah kehidupan tunggal adanya yang disebut Brahman dengan semua atom atom di dalamnya sebenarnya adalah pribadi pribadi yang hidup. Semangat ini telah melahirkan spirit Wyapi Wyapaka Nirwikara. Tidak ada kematian yang benar benar mati di alam semesta, yang ada hanya perubahan oleh karena itu alam ini juga disebut Ananta yang berarti keabadian. Semua orang tua yang masih hidup saat ini sudah mengalami kematian berkali kali. Mati sebagai bayi, mati sebagai anak, mati sebagai remaja dan kematian fisik yang terakhir juga sebuah perubahan yang sangat gradatif dan halus seperti itu. ‎Budha mengatakan manusia mempunyai 9 kesadaran, pada saat ajal 5 kesadaran pancaindra meredup, disusul kesadaran ke 6 (kesadaran mimpi), lalu kesadaran ke 7(kesadaran ego), yang tetap hidup selamanya adalah kesadaran ke 8 ( kesadaran Ayala/ Karma) dan kesadaran ke 9 ( kesadaran Amala / Atman). Hindhu juga mengatakan alam tempat kita hidup ini adalah alam Butha Kala. Butha adalah ruang 3 dimensi yakni panjang lebar dan tinggi. Kala adalah satu dimensi waktu. Jadi semesta kasat mata ini hanyalah 4 dimensi. Lalu adakah dimensi 5,6,7 dst ? Albert Einstein hampir menemukan dimensi ruang ke 4, keburu meninggal, tapi telah menuliskan kata kata keyakinan “ There are another dimentions “. Lalu Maha Rishi Patanjali pencipta Yoga 3000 tahun lalu mengatakan alam ini Aprameam yang kurang lebih artinya count'less dimentions. Prof Dick Feynman fisikawan Amerika terkini menghitung jumlah dimensi alam berdasarkan penjumlahan persejarahan quantum mendapatkan angka mencengangkan yaitu 10 pangkat 150 dimensi alam. Dimensi lain itu ada dan kehidupan bukan hanya di Bumi, lalu kenapa harus memilih kekerasan ? Para ahli atom di Berklay menemukan semesta ini terdiri dari 4% White Matter (zat fisik), 23 % Dark Matter (zat non fisik) dan 73 % Dark Energy (Energy ajaib). Susunan dalam tubuh kitapun seperti itu. Mungkin kalau kita mati kita hanya kehilangan 4% energy fisik dan 96 % energy murni kita masih mampu berkelana melanglang buana pada dimensi yang berbeda. Para tetua Bali wanti wanti berpesan bahwa hidup ini hanya sekejap, waspadalah ( “ ingetang ngaba mesui” dalam gending Bibi Anu). Dekadensi kecerdasan Kecerdasan yang utuh terdiri dari kecerdasan Intlegensi (IQ), kecerdasan Emosional(EQ), kecerdasan Spiritual (SQ) dan kecerdasan Quantum (QQ). Merosotnya kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ) membuat manusia menjadi lemah, menarik diri dengan kecintaan yang berpusat pada diri sendiri dan kelompok. Menurut Maha Rsi ViVekananda cinta yang arah vektornya menuju kedalam diri adalah cinta negatif, cinta destruktif, cinta yang mengundang kekerasan sebaliknya cinta yang arah vektornya menuju keluar diri adalah cinta positif, cinta konstruktif. Kekerasan demi kekerasan yang kerap terjadi saat ini baik kekerasan terhadap alam maupun gender tidak bisa dipisahkan dari akibat merosotnya kecerdasan. Seakan akan peradaban ini sedang belajar untuk bodoh demi persiapan menyongsong hingar bingar kepunahannya 1000 tahun lagi. Hindhu Bali telah menyediakan ruang experimen untuk membetot agar arah vektor cinta itu menuju keluar diri yaitu Panca Yadnya. Ke lima Yadnya ini telah melahirkan spirit “Ngayah”. Bekerja dimanapun dan dalam bidang apapun dengan spirit "Ngayah" akan tetap menjaga utuhnya integritas kecerdasan, sebab kalau hanya mengandalkan IQ saja cendrung praktis dan destruktif. Spirit "Ngayah" membuat kita tetap kuat, tetap peduli terhadap lingkungan, Bangsa, Dunia dan kemanusiaan. Mulus ataupun bopengnya wajah permukaan reproduksi kita yang mungkin ada kaitannya dengan ketimpangan gender adalah menjadi tanggung jawab dan ruang Yadnya kita semua sebagai wahana untuk "ngaturang ayah", agar akselerasi momentum karma menodorong lebih kuat menuju planet planet mulia dan bercahaya. Pendidikan kesehatan reproduksi, pencegahan HIV/AIDS dan kanker leher rahim, pemilihan solusi terbaik terhadap KTD (kehamilan tak diinginkan) dan solusi terbaik ibu beserta anaknya yang lahir diluar nikah dan pelayanan KB yang tersubsidi, semua itu bagian dari Manusia Yadnya. Terakhir reproduksi adalah sebuah pusara abadi tempat kita menggali kemuliaan manusia apabila benar dalam pengertian dan alih fungsinya, tetapi sebaliknya kita bisa terkubur selamanya apabila salah dalam pengertian dan alih fungsinya

jasa arsitektur rumah dan desain villa, klik disini...